Adika masih menatap Syakia lekat-lekat, seolah-olah tidak ingin melepaskannya dengan begitu saja.Syakia tertegun sejenak, lalu tersenyum dengan tidak berdaya. “Baik. Aku sudah mengerti.”Setelah memikirkan hal ini, Syakia tiba-tiba menyadari sebuah hal. Di hadapannya, Adika sepertinya sangat jarang bersikap layaknya seorang pangeran yang berstatus lebih tinggi darinya. Dia juga tidak tahu sejak kapan hal itu dimulai. Namun, berhubung Adika sudah bersikap begitu, dia akan membiarkannya.“Malam ini masih panjang, festival lampion ini juga akan berlangsung semalaman. Sahana, gimana kalau kamu temani aku menyambut Tahun Baru? Kita bersenang-senang sepuasnya.”Setelahnya, Syakia dan Adika pun benar-benar berbaur dalam kerumunan. Di bawah hiasan lampion yang panjang, mereka berjalan menelusuri jalanan, melihat-lihat di sana sini, dan berbelanja. Dalam sekejap, tangan Adika sudah penuh dengan barang bawaan.Ada lampion yang dibelinya bersama Syakia, lampion yang bisa dilepaskan di sungai, la
Magbasa pa