“Kamu nggak ingin atau masih belum kepikiran untuk melakukannya untuk sementara?”Damar seolah-olah bisa menebak pemikiran Ayu dan mencibir, “Setiap kali aku peringati kamu, kamu juga selalu ngaku salah dengan patuh. Tapi, kapan kamu pernah benar-benar patuhi peringatanku? Yang ada, kamu nggak berhenti timbulkan masalah untuk keluarga ini. Kamu kira aku akan selalu manjakan kamu dan biarkan kamu bertindak seenaknya?”Ayu buru-buru menggeleng dengan panik. Mana mungkin dia berani mengakui apa yang ditanyakan Damar?“Jadi, apa lagi alasanmu kali ini? Ayo, katakanlah padaku. Aku mau dengar alasan apa yang buat kamu meracuni Abista.”Ayu ragu sejenak, lalu buru-buru memutar otak. Di bawah tatapan penuh intimidasi Damar, dia berkata dengan pelan, “Ayu ... Ayu merasa sedih .... Seperti yang dikatakan Ayah, sejak aku datang ke rumah ini, kakak-kakak sekalian selalu menganggap dan memperlakukan aku layaknya adik kandung. Meski Kak Syakia menindasku, kakak-kakak juga selalu membantuku. “Tapi,
Baca selengkapnya