Semua Bab Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif: Bab 131 - Bab 140

Aruna menemukan secarik kertas kecil di loker sekolahnya. Tulisannya jelas tangan Elena:“Kalau kau berani, temui aku di belakang aula lama. Jangan bawa Ezra. Jangan bawa siapapun. Hanya kita berdua.”Tangannya bergetar membaca itu, tapi hatinya berbisik, Aku nggak bisa terus sembunyi di balik Ezra. Kalau aku nggak hadapi Elena sekarang, aku nggak akan pernah bebas.Langkah Aruna terdengar di lantai kayu berdebu. Aula lama itu kosong, lampu sebagian padam, dan hanya sinar sore yang masuk lewat jendela pecah.Elena sudah berdiri di sana, menunggu dengan senyum tipis yang penuh tantangan.“Akhirnya kamu berani juga datang. Kukira kau akan tetap berlindung di balik Ezra.”Aruna menelan rasa takut, tapi menatap balik, “Aku datang karena aku capek ngeliat kamu muter-muter di hidupku. Kalau ada yang mau kamu buktikan, buktikan sekarang, langsung ke aku. Jangan lewat dia.”Elena tertawa sinis. “Kamu pikir kamu cukup kuat buat lawan aku? Kau bahkan nggak bisa jaga dirimu sendiri waktu di klub

Di tempat lain, Elena duduk di depan laptop dengan segelas anggur.Di tangannya: kunci USB berisi seluruh data eksperimen lama yang pernah ditutup rapat Kaisar.Ia menekan “publish” ke beberapa media internasional.Elena tersenyum dingin,“Sekarang… mari kita lihat, Aruna. Seberapa kuat kamu menghadapi dunia ketika seluruh topeng sudah aku robek.”Aruna mundur beberapa langkah, napasnya terputus-putus. “B-bukan cuma keluarga yang bohong… sekarang seluruh dunia juga tahu?!”Ezra berusaha menenangkan, “Aruna, dengerin aku—”Aruna menjerit, “Jangan sentuh aku!”Ia berlari lagi, lebih jauh kali ini, meninggalkan Ezra yang nyaris hancur melihatnya.Di rumah, Kaisar menerima panggilan telepon dari koleganya di pemerintahan:“Kaisar… ini sudah mendunia. Rahasiamu… rahasia keluargamu, sudah tersebar.”Narumi jatuh terduduk, wajahnya pucat pasi.Kaisar menatap layar TV yang kini menayangkan wajah Aruna dalam foto-foto lama—dari sekolah, dari kegiatan, bahkan foto-foto keluarganya.Kaisar meng

Aruna berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang redup, wajahnya pucat, tubuhnya bergetar. Ezra masih menatapnya dengan mata penuh tekad, tangannya terulur… tapi Aruna merasa dadanya terhimpit, seolah dunia menunggu keputusan yang hanya bisa ia buat.Di dalam kepalanya, dua suara bertarung.“Ezra hanya akan melukai lagi.”“Dia pernah membiarkan Elena mendekat. Dia ragu. Dia gagal.”“Kalau kau meraih tangannya, kau akan kembali ke lingkaran yang sama disakiti, dikhianati, ditinggalkan.”Aruna memejamkan mata, bayangan malam kelam itu kembali muncul wajah-wajah mesum yang menjeratnya, tubuhnya yang tak berdaya, Ezra yang datang terlambat. Luka itu belum hilang. Dan sekarang, melihat Ezra di hadapannya, luka itu seperti disayat lagi.“Tapi dialah satu-satunya yang kembali mencarimu, bahkan saat seluruh dunia melawan.”“Dialah yang tetap tinggal ketika kau koma, yang merawatmu ketika semua orang mundur.”“Dia menangis diam-diam di samping ranjangmu, Aruna. Kau tahu itu, meski kau pura-pura

Hari pertama Aruna kembali ke sekolah setelah semua kekacauan itu.Koridor ramai, teman-teman berbisik. Beberapa menatap penuh rasa ingin tahu, sebagian lainnya dengan simpati, ada juga yang sinis.Aruna menggenggam erat buku-bukunya. Kepalanya menunduk, berusaha menahan getaran di dadanya.Aruna berkata dalam hati, “Semua orang lihat aku kayak aku ini aneh. Mereka nggak tahu apa-apa. Jangan goyah, Aruna.”Namun begitu ia masuk kelas, Dara (teman lama) dengan wajah cerah melambaikan tangan.“Aruu! Duduk sini! Aku udah kangen parah.”Aruna menjawab kaku, “Uh, iya…”Senyum itu, meski sederhana, membuatnya sedikit lega.Tak disangka, Ezra transfer ke sekolah yang sama dengan alasan pemulihan dan "agar lebih mudah dalam pengawasan". Sebenarnya, itu ide Kaisar dan Narumi agar Ezra bisa menjaga Aruna secara langsung.Masalahnya, Ezra terlalu mencolok. Dengan wajah tampan, sikap dingin, dan aura misterius, ia langsung jadi bahan gosip.“Itu cowok baru ya? Gila, ganteng banget!”“Kayaknya bad

Setelah kegemilangan festival, banyak murid mulai mengidolakan Aruna. Komentar di forum sekolah penuh pujian:“Keyboardist itu keren banget, siapa namanya?”“Aruna ya? Kayaknya dia lebih berbakat daripada Nadira.”Nadira geram. Ia tak terima spotlight direbut. Maka, ia mulai menyebar gosip:“Tahu nggak? Aruna cuma bisa naik karena Ezra. Katanya mereka tinggal serumah…”Awalnya hanya bisik-bisik, tapi gosip itu menyebar cepat. Murid mulai melihat Aruna dengan tatapan sinis.Nadira tak puas hanya dengan gosip. Ia menyusun rencana lebih besar, Menggunakan foto Aruna pulang malam dari klub DJ (masa lalu yang Aruna simpan rapat-rapat).Memalsukan chat seakan-akan Aruna menawarkan “jalan pintas” untuk menang kompetisi antar klub.Menyebarkannya lewat akun anonim di forum sekolah.Hasilnya? Aruna dicap “anak liar” dan “pembohong”.Suasana sekolah berubah drastis.Ada teman yang mulai menjauh.Guru menatapnya dengan ragu.Beberapa murid bahkan menempelkan selebaran fitnah di loker Aruna.“Wa