135

Sejak malam itu, hubungan mereka bukan langsung berubah jadi indah. Masih ada jarak, masih ada trauma. Aruna sering terbangun dari mimpi buruk, menolak disentuh. Ezra pun harus belajar menahan egonya, menerima bahwa cinta mereka harus tumbuh pelan-pelan.

Namun ada hal yang berbeda.

Kini Aruna tidak lagi sendiri.

Ezra mulai terbiasa tidur di kursi dekat ranjang Aruna, hanya untuk memastikan ia merasa aman.

Aruna, meski malu, sering mengintip Ezra yang tertidur dengan kepala terjatuh di meja, lalu diam-diam menyelimuti bahunya.

Ada percakapan kecil pelan, tapi penuh arti.

“Aku takut luka ini nggak akan pernah hilang.”

“Kalau begitu… aku akan belajar mencintai lukamu, bukan hanya dirimu.”

Mereka berjalan berdua, masih rapuh, tapi dengan tangan yang saling menggenggam.

Aruna tahu, ia belum pulih sepenuhnya.

Ezra pun tahu, ia masih punya banyak kesalahan untuk ditebus.

Tapi di jalan gelap itu, cahaya kecil mulai tumbuh cahaya yang hanya mereka berdua bisa rawat.

Dan untuk pertama kalinya,