Share

227

Author: Melyana_Arum
last update Last Updated: 2025-09-18 17:22:10

Setelah perkenalan selesai, Ezra mulai mengarahkan diskusi kelompok. Ia menjelaskan alur kegiatan orientasi, aturan yang harus dipatuhi, hingga pentingnya solidaritas dalam kelompok. Suaranya jelas, penuh wibawa, membuat semua maba terfokus.

Namun, setiap kali matanya menyapu lingkaran, tatapan Ezra selalu berhenti sedikit lebih lama pada Aruna. Seolah-olah ia ingin memastikan Aruna baik-baik saja, bahwa gadis itu tidak kewalahan dengan situasi baru.

“Jadi, kalian harus selalu kompak. Kalau ada yang kesulitan, jangan ragu bilang pada saya atau pada tim pendamping. Ingat, kita satu kelompok, berarti kita keluarga.” Ezra berhenti sebentar, lalu menoleh langsung ke Aruna. “Termasuk kalau ada yang merasa terlalu lelah atau sakit, bilang ya. Jangan dipendam.”

Beberapa maba perempuan langsung saling melirik.

“Dia ngomong ke Aruna, kan?” bisik salah satunya.

“Duh, jelas banget deh. Kenapa harus dia yang diperhatikan?”

Aruna yang ditatap hanya bisa tersenyum kikuk. Ia merasakan kehangatan yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   252

    Pagi itu udara kampus terasa lebih dingin dari biasanya.Langit berwarna abu-abu muda, seolah menandakan sesuatu yang berat sedang menunggu.Aruna datang sedikit lebih awal dari waktu briefing. Ia menunduk sepanjang jalan, langkahnya hati-hati, pandangannya hanya tertuju pada ujung sepatu putihnya.Bisikan-bisikan halus mulai terdengar lagi begitu ia melewati gerbang fakultas.“Itu Aruna ya?”“Iya, yang deket sama Kak Ezra itu kan?”“Katanya dia sengaja pingsan biar diperhatiin.”“Seriusan? Ih, tega banget sih, padahal Ezra udah sibuk banget…”Setiap kata seperti duri kecil yang menusuk perlahan ke dalam pikirannya.Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba tak peduli — tapi matanya berkaca-kaca.Begitu sampai di meja registrasi panitia, Dito — salah satu panitia yang kemarin diarahkan Julia — menyapanya dengan nada datar.“Pagi, Aruna. Kamu kemarin nggak submit laporan kegiatan ya?”Aruna mengerutkan dahi, bingung. “Laporan kegiatan?”“Iya. Semua peserta bimbingan wajib submit laporan ha

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   251

    Langkah Aruna cepat dan berat.Ia menuruni tangga gedung fakultas tanpa arah pasti, hanya ingin menjauh dari aula yang terasa terlalu sesak oleh tatapan dan bisikan.Lorong di sisi utara gedung itu sepi dingin, hanya diterangi cahaya matahari yang menembus jendela panjang.Ia berhenti di sana.Menunduk, memegangi dada, mencoba bernapas.Namun, semakin ia mencoba tenang, semakin sesak rasanya dada itu.“Aku nggak kuat lagi…” bisiknya parau, suaranya nyaris hilang.“Aku nggak tahu kenapa semua orang benci aku. Aku cuma—”Kalimat itu menggantung di udara ketika suara langkah kaki terdengar dari ujung lorong.Aruna menegakkan kepala pelan.Ezra.Ia berjalan cepat ke arahnya, napasnya sedikit memburu. Tatapan matanya cemas, tapi juga penuh ketegasan yang menenangkan.“Aruna—”“Jangan dekat aku!” potong Aruna tiba-tiba. Suaranya meninggi, bergetar.Ezra terdiam di tempat.Aruna mundur satu langkah, matanya basah, suaranya pecah.“Setiap kali kamu deket, semuanya makin parah, Ezra!”Ia menat

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   250

    Matahari belum terlalu tinggi ketika Aruna melangkah pelan ke gerbang kampus.Tasnya disampirkan di bahu kanan, dan wajahnya berusaha tampak tenang meski matanya masih sedikit bengkak karena menangis semalaman.Langkahnya lambat, seolah setiap tapak membawanya menuju medan perang yang tak terlihat.Suara obrolan mahasiswa mulai terdengar dari segala arah — bukan lagi ramah seperti sebelumnya, tapi dipenuhi nada bisik dan lirikan.“Itu dia, Aruna.”“Kamu liat nggak, dia jalan bareng Kak Ezra kemarin sore.”“Ih, nggak tahu malu banget.”“Kasihan Kak Julia, dia udah kayak bayangin Ezra itu milik dia aja.”Aruna menunduk.Ia mencoba tersenyum kecil ketika beberapa panitia menatapnya, tapi yang ia dapat hanya tatapan dingin dan canggung.Bahkan beberapa teman kelompok yang kemarin sempat membelanya kini ikut diam — takut terseret dalam pusaran gosip.Setiap langkah Aruna seperti melalui jalan yang dipenuhi kaca: pelan, menyakitkan, tapi ia tak punya pilihan selain terus maju.Di aula utama

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   249

    Malam turun pelan, menyelimuti kampus dengan cahaya lampu jalan yang temaram.Suasana terlihat tenang dari luar — tapi di balik layar ponsel ratusan mahasiswa, badai mulai terbentuk.Di grup Mahasiswa Baru Angkatan 2025, notifikasi tak henti berdenting.Pesan bergulir cepat, satu gambar, lalu dua, lalu tiga.📸 “Eh, liat deh, Kak Ezra sama Aruna di taman sore tadi.”“Kok keliatan deket banget, ya?”“Itu Kak Julia bener… ternyata Aruna memang nyari perhatian.”“Padahal katanya dia baru sembuh dari koma. Tapi udah bisa flirting?”“Kasihan Kak Julia, udah baik banget ke dia.”Komentar demi komentar mengalir deras, membentuk aliran rumor yang makin kejam.Beberapa mahasiswa mencoba membela Aruna, tapi suara mereka tenggelam dalam gelombang gosip dan ejekan halus.Di rumahnya, Aruna baru saja selesai makan malam bersama keluarganya. Ia tertawa kecil mendengar Aurea bercerita tentang pasien lucu di tempat kerjanya.Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, suasana terasa ringan.Namun sem

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   248

    Langit sore mulai berwarna jingga saat Aruna perlahan meninggalkan aula.Suara ramai mahasiswa baru yang tertawa dan berbicara tak lagi ia hiraukan.Langkah kakinya ringan, tapi hatinya terasa berat — seperti membawa beban yang tak terlihat.Ia melewati koridor panjang menuju taman kecil di belakang gedung fakultas.Tempat itu tenang. Hanya ada suara dedaunan yang bergesekan dan angin yang berhembus pelan.Aruna duduk di bangku kayu tua di bawah pohon flamboyan. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya yang sejak pagi terasa tak karuan.Air matanya kembali jatuh tanpa bisa dicegah.Ia menatap kedua telapak tangannya — seolah mencoba mencari jawaban di sana.“Aku salah apa…? Aku cuma ingin diterima,” bisiknya, lirih.“Aku nggak minta semua orang suka aku… aku cuma pengen hidup normal.”Kata-kata itu tenggelam dalam angin sore.Kepalanya sedikit menunduk, rambutnya tergerai lembut menutupi sebagian wajah.Lalu, langkah kaki terdengar di belakangnya.Pelan, tapi pas

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   247

    Sore itu, setelah mengintai dari jauh taman tempat Aruna dan Ezra, Julia kembali ke ruang panitia. Papan pengumuman dan laptop di mejanya sudah siap, tapi matanya tetap tertuju pada layar ponsel.Ia membuka grup kecil panitia senior, Mira dan Dito masih aktif di dalamnya. Julia menulis dengan nada seolah prihatin:“Hai, aku cuma mau kasih info. Aruna, Maba baru yang kemarin sempat pingsan, kelihatan deket banget sama Ezra, ya. Banyak mahasiswa baru yang mulai memperhatikan, hati-hati aja kalau ada salah paham. Kita bisa bantu arahkan narasi biar tetap sopan, tapi jelas.”Mira membalas cepat, sedikit ragu tapi percaya pada Julia:“Iya, Kak Julia. Tapi maksudnya gimana?”Julia tersenyum tipis di balik layar. Nada chat-nya lembut, tapi ada maksud tersembunyi:“Aku cuma mau kalian bantu aku kasih tips ringan ke mahasiswa baru. Biar mereka nggak terlalu banyak salah paham tentang Aruna dan Ezra. Tapi, jangan lupa… ‘tips ringan’ itu bisa disampaikan lewat komentar, gosip ringan, atau postin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status