Sydney mendengkus lembut dan menyentuh bahu Morgan. “Kalau begitu, biar aku yang mengobatinya,” desak Sydney santai, tetapi ada tantangan di matanya. Namun di saat yang sama, tatapan Sydney pun penuh perhatian, seakan ingin menyibak kemeja Morgan dan melihat seberapa parah luka yang disembunyikan pria itu. Morgan segera menggenggam erat tangan Sydney, lalu menyingkirkannya pelan supaya wanita itu tidak tersinggung. “Tidak perlu,” sahut Morgan datar. “Kau baru saja menjalani operasi, jangan memikirkan yang lain.” “Kau yakin?” Sydney mengangkat kedua alis. “Aku bisa melakukannya, Morgan. Aku pernah merawat mendiang Mama saat tangannya tergores pisau dulu, bahkan waktu itu lukanya lebih dalam daripada yang kulihat dari kemejamu.” Morgan mengeraskan rahang. Dia menunduk dan menjatuhkan pandangan ke arah leher kemejanya yang sedikit terbuka, tempat di mana perban penuh bercak darah masih menempel samar. Bukan hanya luka luar. Tubuh Morgan memar di beberapa titik akibat pertaru
Last Updated : 2025-06-16 Read more