"Ayah."Setelah kereta itu pergi, Pratama akhirnya tersadar karena panggilan seseorang. Dia menoleh, lalu melihat Dimas berdiri gagah di depan gerbang. Dia mengernyit dan bertanya, "Lanlan sudah kembali ke rumah?"Dimas mengangguk pelan. "Sudah." Ekspresinya terlihat rumit, membuat Pratama merasa ada yang janggal.Dia menaiki tangga, bertanya dengan santai, "Pangeran Pradipta ikut datang?"Dimas menjawab, "Nggak."Pratama langsung berhenti melangkah, menoleh ke arah Dimas. "Kamu sengaja cuti dan menunggu di rumah hari ini, tapi dia malah nggak muncul sama sekali?"Pangeran Pradipta benar-benar seperti hama. Tidak pernah ikut sidang istana, hanya makan, tidur, dan bermalas-malasan. Kenapa dia tidak datang?"Benar, dan ...." Dimas tampak ragu, lalu akhirnya melanjutkan saat melihat tatapan ayahnya, "Ayah sebaiknya lihat sendiri saja ke dalam."Sampai harus dilihat sendiri? Firasat Pratama semakin buruk.Saat sampai di aula utama, dia melihat Wulan terduduk di lantai, menangis tersedu-sed
Read more