"Kamu ...," gumam Dimas pelan.Faisal mempertegas, "Itu memang racikan dari Putri."Dimas menatap Anggi, membuka mulut sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Jadi, dupa penenang itu dan semua salep luka yang digunakan di militer, semuanya darimu?""Kalau aku bilang iya, apa Tuan Dimas akan percaya?" jawab Anggi, menatapnya lekat-lekat dengan mata hitam yang penuh keyakinan.Hati Dimas sontak bergejolak hebat. Dia sudah menduga jawabannya, tetapi saat dia datang dan mendengarnya langsung dari mulut Anggi, rasanya seperti tidak nyata. Dia sampai kewalahan.Dimas mengangguk pelan. Anggi menghela napas pelan, lalu menyuruh Sura untuk membubarkan kerumunan warga di luar.Kini, hanya ada Anggi, Mina, dan Dimas di dalam ruangan.Anggi bertanya dengan tenang, "Kalau kamu sudah percaya, menurutmu pantaskah aku membenci Wulan? Dia mengambil segalanya dariku. Semua orang membelanya, mendesakku sampai ke jalan buntu, memaksaku menikah menggantikan dia.""Kalau saat itu aku menuruti Wulan dan kabur, d
Baca selengkapnya