Pagi itu matahari bersinar terang di Ubud, sangat kontras dengan perasaan Alena yang masih berkabut. Ia sedang menyeruput kopi di teras rumah tante Sari ketika ponselnya berdering. Nama "Reno" muncul di layar, membuat jantungnya berdegup kencang."Halo," jawab Alena dengan suara pelan."Alena," suara Reno terdengar lelah tapi tegas. "Kita perlu bicara. Beneran bicara kali ini.""Reno, aku—""Please. Aku sudah berpikir selama beberapa hari. Aku mau kita berbicara dengan kepala dingin, tanpa emosi yang menggebu-gebu seperti kemarin."Alena menutup mata. "Okay. Kamu mau bicara sekarang?""Kalau kamu tidak keberatan."Ada jeda yang panjang. Alena bisa mendengar suara Reno mengambil napas dalam-dalam di ujung telepon."Len, aku ingin kamu tahu bahwa aku sudah melalui banyak tahap dalam memproses semua ini. Anger, denial, bargaining, depression. Dan sekarang aku mencoba untuk sampai ke acceptance.""Reno...""Dengarkan aku dulu, please. Aku tahu kamu merasa guilty, dan honestly, sebagian da
Terakhir Diperbarui : 2025-06-07 Baca selengkapnya