Malam itu, langit Jakarta tampak lebih sunyi dari biasanya. Lampu-lampu kota berkelap-kelip dari kejauhan, seperti bintang yang ragu bersinar di tengah kabut polusi. Alena duduk di balkon apartemennya, membiarkan angin malam membelai wajahnya yang letih. Di depannya, secangkir teh hangat sudah mulai kehilangan asapnya.Ia menarik napas dalam-dalam, menatap kosong ke arah langit yang luas. Ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya—bukan lagi karena kehilangan, tapi karena kesadaran yang perlahan tumbuh: bahwa beberapa hal, seindah apa pun dulu, memang tidak ditakdirkan untuk bertahan.Reno.Nama itu masih bergema lembut dalam pikirannya, meski tak lagi menyakitkan seperti dulu.Mereka sudah melalui banyak hal. Tawa, air mata, janji, hingga perpisahan. Namun seiring waktu, Alena menyadari bahwa mereka berdua telah berubah. Tidak lagi menjadi dua orang yang sama seperti dulu saat pertama kali bertemu.Telepon di meja kecil di sampingnya bergetar pelan. Sebuah pesan masuk.Dari Reno.“Kau m
Last Updated : 2025-10-13 Read more