Semua Bab Kontrak Rahim Pengganti untuk Sang Pewaris: Bab 151 - Bab 160

“Kau dimana?” tanya Aurelie berbicara melaui handpone.“Ada apa?” tanya balik Carmen, orang pertama yang Aurelie hubungi setelah selesai memasukan Salma ke dalam mobil.Ada kesepakatan diantara mereka berdua, dan Carmen bersedia membantu apa yang akan Aurelie lakukan.“Aku sudah mendapatkan Salma sekarang,” ucap Aurelie.“Aku mengerti, seseorang akan menunggumu di pesisir pantai.”Tanpa berbicara lagi, Aurelie menutup sambungan telepon dan memacu kendaraan dengan kencang, melintasi keramaian jalanan hingga menyalip beberapa kendaraan disekitar.Aurelie tidak akan pernah melepaskan Salma, wanita yang dulu dia panggil ibu dan menjadi satu-satunya tempat berlindung nyatanya orang yang sudah membuatnya seperti ini.Aurelie akan membalas perbuatannya dengan cara yang setimpal.Salma yang telah membuatnya gila, maka Salma harus dibuat gila juga.Aurelie telah kehilangan jati dirinya, sebagian ingatannya hingga akal sehatnya. Doktrin yang Salma selalu berikan kepadanya setiap hari, obat yang

Aurelie mengusap keningnya dengan tishu berkali-kali, menyingkirkan darah yang masih mengucur dan membuat kepalanya pusing.Tubuhnya mulai merasakan sakit efek dari kecelakaan, meskipun begitu Aurelie memilih untuk mengabaikannya dibandingkan harus bertemu dengan dokter. Semua dokter yang pernah ditemuinya adalah kumpulan orang jahat. Baginya, cukup dengan melihat Salma diboyong pergi ke rumah sakit jiwa, itu sudah cukup menjadi obat lukanya saat ini.Aurelie akan kembali mengunjungi Salma lagi nanti, dia ingin menyaksikan bagaimana posisi Salma terjebak dalam bangsal rumah sakit dengan tangan terborgol, tanpa ada yang bisa mengajaknya berbicara dengan normal, tanpa bisa memberontak karena akan dikurung dalam sel yang sempit sendirian.Semua orang sangat menyebalkan, hanya hayalan yang menjadi hiburan terbaiknya disaat sendirian.Aurelie tertawa terbahak-bahak, membayangkan Salma mulai tidak waras sepertinya. Beberapa orang yang ada di dalam mobil bersama Aurelie saling melihat sat

Chapter 155Dante membuka kotak obat yang Victor berikan kepadanya, setelah beberapa bujukan akhirnya Aurelie bersedia diobati meski matanya terus menunjukan permusuhan dan kewaspadaan.Dante memahi situasi yang dialami Aurelie, hubungan mereka memang sangat kacau balau sejak kejadian penikaman di villa itu.Dante telah gelap mata, melakukan segala cara untuk meluapkan amarah dan kebenciannya kepada Aurelie.Suami mana yang tidak murka saat isteri yang dicintainya dilukai dan anak yang telah lama dinantinya meninggal dengan cara yang tragis. Dilain sisi Dante tidak bisa memprosesnya karena Raiden terus mengancam bunuh diri.Dante tidak mencari pembenaran atas kesalahan yang dibuatnya, namun dia melakukan kekeliruan karena keadaan.Dante tidak akan mungkin merusak kehidupan orang lain andai dia tahu apa yang sebenarnya terjadi terjadi.Kini, Dante hanya ingin pintu maaf dan kesempatan dari Audrey dan Aurelie yang sama-sama telah menjadi korban atas kegilaan yang telah diperbuat Serena

Audrey membuka kotak hadiah pemberian Arman. Melihat sebuah jaket merah muda yang terlipat rapi dengan secarik kertas berisi serangkai kalimat yang Arman buat dengan tulisan yang berantakan.Samar Audrey tersenyum, matanya memanas berusaha keras untuk tidak menangis kala mengusap permukaan pakaian yang masih memiliki bandrol menandakan bahwa itu pakaian baru.Sejak kecil, Audrey selalu membeli pakaian bekas dipasar dengan ukuran yang kebesaran agar bisa dia gunakan dalam waktu lama, sampai dewasa dan bisa menghasilkan uangpun dia masih melakukan hal yang sama karena kehidupannya yang sulit.Tidak pernah Audrey sangka, Arman akan menghadiahkannya pakaian baru dengan warna yang Audrey sukai.Audrey mengambil secarik kertas itu dan membacanya dengan teliti.“Beberapa hari yang lalu, ibumu datang ke rumah dan mengatakan segalanya, memberitahu darimana kau mendapatkan uang 150.000 dollar untuk pengobatan ayah.”“Ayah tidak marah padamu Audrey, tapi ayah malu dan kecewa kepada diri sendiri

“Audrey, jika kuterima bantuan dari Dante Arnaud, apa kau masih menganggapku saudara?” Langkah Audrey memelan begitu mendengar sebuah pertanyaan tidak terduga, terucap begitu saja dari mulut Aurelie. Audrey terkejut, pasalnya sejak mereka bersama selama beberapa hari ini, tidak pernah sekalipun Aurelie membahas tentang Dante. Bahkan, ketika Audrey bercerita tentang bayinya, Aurelie tidak pernah menyebut nama Dante dalam percakapan. “Apa maksudmu Aurelie?” tanya Audrey dengan ketidak mengertiannya. “apa kau mengalami kesulitan lagi disana?” “Semua orang berpikir jika aku gangguan jiwa, mungkin kau juga berpikir seperti itu tentangku Audrey. Aku sangat tersinggung jika semua orang berpikir aku gila, namun didalam lubuk hatiku, aku juga sadar bahwa aku butuh disembuhkan, tapi aku tidak tahu apa yang sebenarnya sakit didalam diriku,” cerita Aurelie terdengar begitu berat tidak dapat menggambarkan dengan jelas apa yang ada dipikirannya. “Saat kupandangi bayangan diriku sendiri, a