Valerie tak berkata sepatah pun. Matanya fokus, langkahnya cepat dan terarah ke laci nakas yang tadi disebutkan oleh Zane. Ia tahu waktunya terbatas. Semakin cepat ia menemukan ponsel Zane, semakin cepat ia bisa menghubungi ayahnya. Dan semoga saja, ayah Zane sedang tersesat entah di mana dan butuh waktu lama untuk tiba di rumahnya. Namun, baru saja tangannya nyaris menyentuh laci paling atas, suara nyaring memotong ketegangan dalam pikirannya."Valerie... ayo kemari, Nak!" Panggil Clare, tiba-tiba muncul bersama barisan pelayan wanita dan penata rias.Valerie reflek menoleh.Di sisi lain ruangan, Zane sudah berdiri tegak, bahkan tampak tenang. Valerie tahu pasti, di balik ketenangan itu, Zane sedang menahan sisa-sisa sakit yang menggigit. Ia berusaha keras untuk tetap terlihat tak baik-baik saja, padahal rudah mininya pasti sedang nyut nyut tidak karuan di bawah sana.Valerie tersenyum menyindir dalam hati. Bagus juga self-controlling-nya, gumamnya sambil melirik dengan tatapan merem
Terakhir Diperbarui : 2025-07-27 Baca selengkapnya