Lahat ng Kabanata ng DIBENCI KELUARGA DICINTA RAJA MAFIA: Kabanata 241 - Kabanata 250

"Biar aku saja, Bi. Siapa sih jam gini bertamu." Gerutu Riva sambil mendorong jauh seorang ART-nya yang ingin membuka pintu.Dia sedang bosan, pekerjaannya banyak tapi otaknya buntu. Biang kerok yang selalu menaikkan mood-nya tadi mengirim pesan tidak bisa menemaninya tidur.Riva tidak bisa mencegah Beita menyelinap masuk kamarnya untuk memeluknya sebelum tidur. Adegan yang tak jarang melenceng jauh dari rencana.Sebab yang terjadi selanjutnya pastilah pergumulan panas tanpa penetrasi. Riva sebenarnya geram tiap kali Beita menyentuhnya. Dia merasa seperti perempuan murahan yang tubuhnya dengan mudah bisa digrepe-grepe oleh Beita.Namun pria itu meyakinkan kalau dirinya hanya pernah menyentuh Riva. Dan selamanya akan tetap sama. Itu janji yang terucap dari bibir seksi Beita.Teringat kelakukan lelaki tanpa status itu membuat Riva mengerucutkan bibir. Tapi wajah manyun Riva langsung berubah senang begitu melihat siapa yang ada di balik pintu."Kak Rena! Aaaa, kakak pulang!" Jerit Riva m

Serena memijat pelipisnya yang mendadak pening. Alterio adalah bosnya di RD. Kenapa juga dia tidak menyadari hal tersebut. Al terlalu santai untuk jadi staf. Selain itu kenapa dia tidak menyadari kalau pekerjaannya sangat ringan dibanding yang lain.Jadi itu pengaturan dari bosnya sendiri. Juga revisi desain itu. Aihh, harusnya Serena sadar kalau tidak ada yang bisa melakukannya selain si empunya kantor.Pria itu tukang tipu! Maki Serena dalam hati."Mandi, Ren. Gak gerah apa seharian gak ganti."Alterio sudah berganti pakaian, mengenakan piyama sutra yang halus dan licin. Arthur sendiri telah terlelap sejak keluar mansion.Nandito sempat berpesan untuk sering membawa Arthur ke mansion kalau akhir pekan. Pria itu benar-benar menyukai dan menyayangi Arthur. "Gak mood," balas Serena."Mau kumandikan sekalian ...."Serena melempar bantal sofa yang sejak tadi dia peluk ke arah Al. Mereka ada di kamar di lantai tiga Palazo. Kamar dengan view pantai di sisi kiri.Pria itu tersenyum sambil

"Siapa yang harus mati?"Tubuh Ara menegang ketika suara Paul mengudara. Pria itu bersandar santai pada tembok di belakang Ara. Ekspresi Ara berubah senang."Bukan urusanmu. Kenapa? Masih peduli padaku?" Pancing Ara.Giliran raut wajah Paul berubah muram. Dia benar-benar salah telah menjatuhkan hati pada Ara. "Aku peduli pada mantan orang yang kucintai, sebab jika kamu sampai mengusik Serena, Al sendiri yang akan menghabisimu. Lihat, betapa menyedihkannya dirimu."Senyum Ara hilang seketika. "Dia tidak akan tega melakukannya."Paul menyeringai. "Kau pikir siapa dirimu? Aku beritahu, kau bukan hal penting dalam hatinya. Serena dan Arthur adalah dunianya. Kau sakiti mereka, tanggung sendiri akibatnya."Sejatinya sangat menyakitkan bagi Paul ketika berulangkali harus memperingatkan Ara kalau tindakannya salah.Apakah ini topeng sebenar dari perempuan yang telah dia cintai lebih dari tujuh tahun. Andai benar begitu, betapa bodohnya dia selama ini. Cinta telah membutakan logika Paul.Mung

Maka yang terjadi selanjutnya adalah kehebohan yang melanda kantor RD. Tak banyak orang tahu siapa Al. Tapi semua orang mengetahui kalau pria itu punya kedudukan penting di RD. Alterio memang belum membuka jati dirinya pada publik.Waktu dia sampai ke RD, semua staf langsung heboh melihat bocah tampan yang mengikuti langkah Alterio."Siapa sih, ganteng amat. Anaknya eksekutif RD ya?""Mungkin saja. Padahal aku berharap dia masih jomblo. Gantengnya itu lo bikin deg-degan.""Pak, itu emas?" Tanya Arthur antusias melihat logo Royal Diamond di tengah lobi.Alterio mengangguk. Dia biarkan putranya berlari ke sana ke sini. Banyak yang menyapa tapi Arthur hanya sekedarnya membalas sapaan mereka.Namun hal itu justru membuat Arthur makin menarik di mata staf RD. Sikap cuek, dan sok jual mahal. Sedikit judes tapi tetap punya sisi sopan dalam bersikap."Arthur, ke ruangan papa ya?" Ajak Al setelah membiarkan Arthur berlarian di lobi kurang lebih lima belas menit.Kesabaran pria itu bertambah be

"Tetaplah bersikap seperti anak lima tahun, Art. Atau kamu akan semakin mengundang bahaya."Arthur memejamkan mata. Di merasa tidak adil. Dia hanya anak kecil tapi sudah terlibat dengan urusan orang dewasa. Dia lumayan terkejut waktu diperlihatkan apa yang akan menunggunya jika nanti sang ayah menemukannya.Untuk anak seumuran Art, dia menyebutnya mengerikan. Takut? Dia tidak merasakannya. Hanya saja dia kurang menyukainya. Dan trial pertamanya datang begitu cepat. Arthur tahu benda yang ditempelkan di belakang kepalanya adalah senjata api berperedam. Begitu pelurunya ditembakkan, tidak ada bunyi yang ditimbulkan.Inginkan hati, dia ingin menyetrum siapapun pelakunya. Namun karena dia harus bersikap seperti anak kecil. Maka yang dilakukan Arthur sungguh di luar dugaan."Kecelakaan itu apa?" Arthur berbalik cepat membuat seorang pria yang menodongkan senjata ke arahnya gelagapan.Belum sempat dia menyembunyikan senjatanya. Arthur sudah berseru lantang. "Wah, ini apa? Mainan baru ya. P