Angin pagi berembus pelan melalui celah jendela kamar di lantai atas Rumah Teh Wu. Udara terasa lembap setelah hujan yang sempat mengguyur kota Xiping semalam. Cahaya matahari yang masih pucat menembus tirai tipis, membangunkan Li Zhen dari tidur yang gelisah. Ia membuka mata perlahan, merasakan sisa-sisa mimpi buruk tentang naga emas dan api yang berkobar. “Sudah pagi…” gumamnya, setengah sadar. Di dipan seberang, Mei Xiang masih terlelap. Namun, kerutan di kening gadis itu menandakan tidurnya pun tidak sepenuhnya tenang. Li Zhen menyingkap selimut, bangkit, lalu menghampiri jendela. Dari celah tirai, ia bisa melihat atap-atap bangunan di kota Xiping, masih basah oleh embun dan sisa gerimis malam. Di kejauhan, kabut tipis bergelayut di atas jalanan, menciptakan pemandangan suram sekaligus menawan. “Kota yang besar,” pikir Li Zhen, mengingat kesan pertamanya semalam. “Tapi entah kenapa, aku merasa ada bahaya yang mengintai di setiap sudutnya.” Ingatan tentang dua sosok berjuba
Terakhir Diperbarui : 2025-02-14 Baca selengkapnya