Suasana di Balairung Utama Giri Amerta pagi itu tidak seperti biasanya. Angin berembus pelan dari celah jendela tinggi, membawa aroma kayu cendana dan perkamen segel kerajaan. Di hadapan Raka, terhampar surat resmi dengan cap emas Kerajaan Surya Manggala, yang baru saja dibacakan oleh Ki Aryo dan Ki Anom, dua pejabat tinggi kerajaan yang datang sebagai utusan.“Kami datang bukan untuk sekadar basa-basi, Raka,” ujar Ki Aryo dengan suara berat. “Atas titah Raja Mahesa Warman, engkau diangkat sebagai Pemimpin Wilayah Otonom Timur, dengan hak istimewa serta gelar kehormatan.”Ki Anom menimpali, “Dengan pengakuan ini, engkau dan Giri Amerta kembali di bawah panji resmi kerajaan. Kau hanya tinggal mengangguk.”Namun Raka tidak segera menjawab. Ia menatap Ki Aryo dan Ki Anom dengan tenang, lalu melirik ke arah Tomi dan Nyi Sura, penasihat Giri Amerta yang berdiri tak jauh darinya.Ia lalu tersenyum tipis dan berkata, “Aku tidak butuh gelar, Ki Aryo. Giri Amerta tidak dibangun untuk mengejar
Last Updated : 2025-06-02 Read more