"Silakan duduk, Lilian," ujar Priambodo dengan suara berat dan dalam. Nada bicaranya tidak berubah sejak terakhir mereka bertemu, hangat, namun tetap berjarak.Lilian mengangguk ringan, duduk perlahan di kursi seberangnya. Ia meletakkan tas kecilnya di pangkuan dan merapikan rambutnya sebelum akhirnya menjawab dengan lembut."Terima kasih sudah bersedia bertemu, Mas"Priambodo menatapnya sejenak, menahan napas sebelum akhirnya berbicara dengan tenang.“Aku tahu kamu tidak akan datang kalau ini bukan hal penting, Lil. Jadi, katakan saja, apa maksud dari pertemuan ini?”Lilian menatap pria di hadapannya begitu dalam. Di balik tenangnya raut wajahnya, ada badai yang siap dilepas. Lilian menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya sejenak sebelum menatap Priambodo dengan sorot mata penuh pertimbangan. Tak ada lagi waktu untuk menjaga gengsi. Ia tahu, di hadapan pria ini, tak perlu topeng apa pun."Perusahaanku sedang diambang kehancuran, Mas," ucap Lilian lirih namun tegas. "Narendr
Terakhir Diperbarui : 2025-05-06 Baca selengkapnya