“Masuk,” ucap Rama, masih menatap Dion dengan wajah bingung.Pintu terbuka, dan sang sekretaris muncul.“Maaf, Pak. Bu Evita datang. Katanya penting.”Nama itu melesat seperti anak panah ke dada Rama. Ia terdiam sejenak, menyembunyikan gelombang rasa bersalah yang tiba-tiba kembali menghantam dadanya.“Suruh masuk.”Evita masuk beberapa detik kemudian dengan senyum lebar dan langkah ringan. Wajahnya bersinar, penuh kebahagiaan yang membuat ruangan terasa lebih terang.“Hai, Rama,” sapa Evita, lalu berpaling ke Dion, tatap matanya masih seperti biasanya, saat di depan public, sebelum akhirnya kembali memandang Rama. “Apa kabar?”Rama mencoba tersenyum, meski canggung. “Baik. Kamu?”“Sangat baik,” jawab Evita mantap. “Tapi….”Rama menatap Evita, menunggu perempuan anggun di hadapannya melanjutkan kalimatnya.“Mungkin untuk beberapa waktu ke depan, saya tidak bisa turun tangan dalam proyek-proyek kerja sama kita,” ucap Evita pelan, tapi tetap terlihat professional.Sementara Rama justru
Terakhir Diperbarui : 2025-06-02 Baca selengkapnya