Aku menatap ponselku, rekaman percakapan Ibu Mertua, Salma, Bang Fahri, dan Ninik yang mengakui semua fitnah keji itu terputar jelas. Setiap kalimat menusuk, setiap tawa sinis mereka menghantam dadaku.Kemarahanku memuncak. Mereka benar-benar iblis yang kuterima tinggal bersama, dan aku benar-benar bodoh karena masih memikirkan nasib mereka selama ini.Tanpa membuang waktu sedetik pun, aku bergegas kembali ke warung Kak Nah. Dia sedang sibuk melayani pembeli, tangannya cekatan membungkus pesanan. Begitu melihatku dengan ponsel di tangan dan ekspresi yang campur aduk antara amarah dan tekad, matanya langsung menangkap sinyal darurat. Dia mengisyaratkan untuk menunggu, senyum tipis terukir di bibirnya, seolah tahu ada sesuatu yang besar akan terjadi.Begitu warung sedikit sepi, aku mengajak Kak Nah ke sudut paling terpencil. Suara-suara pelanggan lain yang sesekali bercanda terasa jauh, tidak lagi kudengar."Kak Nah, aku punya buktinya!" bisikku, suaraku serak, tanganku gemetar saat men
Terakhir Diperbarui : 2025-06-29 Baca selengkapnya