Semua Bab Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Bab 391 - Bab 400

Hendro membalas, "Tentu saja kalian harus cari orang yang mengenal Dewa C. Bukannya Susan adalah murid kesayangan Pak Angga? Kalian bisa minta Susan untuk menemui Pak Angga. Kalau nggak ...."Hana buru-buru bertanya, "Kalau nggak, harus cari siapa lagi?""Waktu itu, Eddy sempat bilang dia cukup akrab sama Dewa C. Dia juga pernah bilang kalau Dewa C itu sebenarnya wanita. Kalian bisa coba mencarinya untuk cari tahu lebih lanjut."Setelah mengatakan itu, Hendro langsung memutus sambungan telepon. Susan maju ke depan. Tadi mereka semua memang panik sampai kehilangan akal, tetapi sekarang Hendro sudah menunjukkan arah yang jelas. Mereka bisa memilih untuk menemui Pak Angga atau menemui Eddy.Susan segera berkata, "Kalau begitu, kita langsung ke rumah Pak Angga sekarang!""Oke!"....Rombongan Keluarga Cladia pun sampai di rumah Keluarga Limoto. Berhubung Mbak Siska mengenali Hana, dia langsung menolak dengan tegas."Maaf. Pak Angga yang kalian cari lagi nggak ada di rumah, jadi aku nggak b

Hana dan Susan yang merupakan dua permata berharga Keluarga Cladia hanya bisa diam.Mereka benar-benar tidak berani membantah sedikit pun.Saat itu terdengar suara. Pintu utama vila perlahan terbuka, lalu sosok tampan serta ramah milik Eddy muncul di ambang pintu.Bu Jena sangat senang. "Halo, Pak Eddy. Akhirnya, kami bisa bertemu denganmu."Eddy berdiri di depan pintu sambil memandang mereka. "Bu Jena, ada apa kalian kemari?"Hana memperhatikan bahwa Pak Eddy tampaknya sedang dalam suasana hati yang baik. Hanya saja, dia juga sadar bahwa pria ini sengaja membiarkan mereka menunggu dalam angin dingin dan gerimis selama lebih dari setengah jam. Hana curiga Pak Eddy memang melakukannya dengan sengaja. Mungkin saja sejak tadi, dia sudah diam-diam menonton mereka dari dalam vila dan menikmati penderitaan mereka.Bu Jena segera menjelaskan, "Pak Eddy, begini ceritanya. Kami ditipu sama seseorang yang mengaku jadi Dewa C. Seluruh harta kami habis dibawa kabur. Sekarang, kami benar-benar ngga

Wenny sedang mengingatkan bahwa mereka datang ke sini untuk meminta tolong.Bu Jena, Hana, dan Susan pun langsung terdiam. Raut wajah mereka mulai kaku, sementara sikap arogan mereka tadi langsung menghilang.Wenny lalu berpura-pura hendak menutup pintu lagi.Namun, Bu Jena buru-buru berbicara, "Wenny, jangan tutup dulu. Kami datang untuk minta tolong padamu. Tolong bantu kami, ya?"Bu Jena adalah orang pertama yang merendahkan diri.Wenny mengangkat alis tipisnya dan menatap orang-orang lainnya.Martin dan Nia ikut merendah. "Wenny, dulu kami memang salah. Tapi demi hubungan keluarga, tolonglah kami kali ini."Andy pun ikut merendahkan diri. "Wenny, sesama keluarga nggak seharusnya saling menyakiti. Tolong bantu kami."Wenny lalu menatap ke arah Landy.Landy sama sekali tidak ingin merendah. Dia mulai sadar bahwa semua ini telah berjalan jauh dari rencana semula. Seharusnya, semuanya tidak begini.Landy masih tidak mengerti bagaimana bisa Wenny yang dulu dibuangnya sejak kecil, tumbuh

Wenny tidak berbicara panjang lebar lagi. “Besok aku akan bawa Dewa C palsu itu ke hadapan Kediaman Keluarga Cladia. Kalian bawa abu jenazah ayahku juga. Kita transaksi secara langsung.”Selesai berbicara, Wenny langsung masuk. “Bamm.” Pintu apartemen langsung ditutup.Semua orang terdiam.Landy merasa bingung. “Kita sudah lapor polisi, lalu menggunakan segala cara untuk cari Dewa C palsu itu. Tapi, Dewa C palsu itu bagai menghilang dari peredaran saja, bahkan bayangan tubuhnya juga nggak kelihatan. Sekarang Wenny malah bilang dia akan bawakan Dewa C palsu itu. Kenapa aku nggak percaya, ya?”Susan menatap Hendro. “Pak Hendro, gimana menurutmu?”Hendro melihat pintu apartemen yang tertutup rapat sembari menggigit bibir tipisnya. “Masalah sudah berkembang sampai tahap sekarang. Sepertinya kalian juga nggak ada pilihan lain, selain percaya sama Wenny.”Lagi-lagi semua orang terdiam.“Kalau begitu, kita tunggu besok saja. Kita lihat apa Wenny bisa bawa Dewa C palsu itu,” kata Bu Jena denga

Hendro tidak yakin Wenny akan datang atau tidak.Anggota Keluarga Cladia juga tidak bisa memastikan apakah Wenny akan datang atau tidak.Mereka semua sedang menunggu Wenny.Pada saat ini, sebuah mobil mewah Rolls-Royce model atap berbintang melaju kemari. Pintu mobil dibuka, kemudian sesosok tubuh langsing muncul ke dalam pandangan mereka. Wenny telah datang.Kedua mata Sutinah berkilauan. “Pak Hendro, Nona Wenny sudah datang! Nona Wenny benar-benar sudah datang!”Hendro mengangkat kepalanya, lalu menatap Wenny.Bu Jena berjalan maju. “Wenny, akhirnya kamu datang juga. Kamu sudah terlambat.”Wenny menyunggingkan bibir delimanya. “Aku nggak terlambat, masih ada satu menit dari waktu janjian kita. Jangan-jangan kalian nggak ada kesabaran untuk menunggu sebentar?”Bu Jena terdiam.Hana segera berkata, “Wenny, kita jangan bahas soal ini lagi. Di mana Dewa C?”Hana menyadari Wenny datang sendirian. Dia tidak bisa melihat Dewa C sama sekali.Hana berkata, “Wenny, apa kamu nggak bawa Dewa C p