Wenny langsung memegang pergelangan tangan Hendro dan merasakan denyut nadinya.Hendro mencoba menarik tangannya kembali.Namun, jari-jari putih Wenny menekan tangannya. "Jangan bergerak!"Tak lama kemudian, Wenny mengerutkan alis indahnya.Yuvi bertanya, "Wenny, kenapa kamu mengernyit? Ada apa dengan Kak Hendro?"Ketika seorang dokter mengernyit, biasanya itu adalah pertanda buruk.Wenny menatap ke arah Hendro. "Katakanlah, apa yang sebenarnya terjadi denganmu?"Hendro mengaku, "Aku juga nggak tahu kenapa, tapi aku merasa semua ini karena dirimu.""Karena Wenny? Kak Hendro, apa maksudmu?" Yuvi terlihat bingung."Wenny, kalau nggak mendekatimu, aku merasa seperti orang biasa. Tapi begitu aku mendekat, kepalaku rasanya sakit banget. Pada hari kita janjian pergi ke kantor catatan sipil untuk urus akta nikah, aku bukannya sengaja nggak datang. Tapi, itu karena tiba-tiba aku merasa sangat pusing dan pingsan. Ketika aku sadar dan bergegas menyusul, kamu sudah pergi."Yuvi sangat terkejut. "
Baca selengkapnya