All Chapters of Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Chapter 751 - Chapter 760

Bu Renata terdiam sejenak. Raut wajahnya terlihat penuh kejutan. Apa? Siapa ayahnya Ariana?Bu Renata merasa seolah-olah dia salah dengar."Ariana, kamu bilang siapa papamu?"Ariana menjawab dengan suara imut, "Nenek, papaku itu Paman Ganteng. Kamu adalah nenek kandungku!"Bu Renata benar-benar terkejut.Saat itu, Hendro dan Wenny berjalan keluar. Hendro memberi tahu, "Bu, kamu nggak salah dengar. Ariana adalah anak kandungku!""Apa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Bu Renata sangat terkejut.Hendro mengeluarkan laporan hasil tes DNA. "Bu, coba lihat ini."Bu Renata menerimanya, membukanya, dan melihat laporan hasil tes DNA tersebut. Ternyata, Ariana memang anak kandung Hendro.Pantas saja. Tidak mengherankan dia begitu menyukai Ariana. Ternyata, Ariana memang cucu kandungnya!Keluarga Jamil akhirnya punya keturunan!"Bu, ada banyak hal yang terjadi antara aku dan Wenny. Dulu, aku membuat hati Wenny hancur. Sebenarnya Eddy bukan pacar Wenny, melainkan kakak seperguruannya!""Bu, aku tahu

Hana menatap ke arah Hendro. "Hendro, kamu benar-benar sekejam itu padaku?"Hendro mengusir, "Pergilah. Kalau kamu masih punya sedikit rasa malu, jangan lagi menggangguku."Hendro mengusir Hana dengan kejam.Hana merasa sangat kecewa dengan sikap Hendro. Tidak peduli apa pun yang dia lakukan, hati Hendro sudah sepenuhnya milik Wenny. Ini sudah tidak bisa diperbaiki lagi."Aku akan pergi mencari Wenny. Kami akan mengurus akta nikah!"Hendro mengambil kunci mobil dan melangkah keluar.Namun, tiba-tiba Hana mendekat dan memeluk leher Hendro. "Hendro!"Hendro tertegun sejenak, lalu langsung mendorong Hana menjauh. "Jangan sentuh aku!"Hana tidak bisa menjaga keseimbangan, lalu akhirnya jatuh terjerembap ke lantai. Dia terlihat sangat memalukan.Hendro merapikan kerah bajunya sejenak. "Hana, kelak jangan datang lagi ke Grup Jamil!"Usai berkata demikian, Hendro bergegas meninggalkannya.Hana duduk di lantai. Sepasang matanya penuh dengan kebencian dan dendam ketika memandang ke arah kepergi

Mereka sudah tutup?Wenny pun berdiri. Dia sudah menunggu Hendro seharian di kantor catatan sipil, tetapi tidak ada sosok Hendro di antara orang yang berlalu-lalang.Wenny menatap ke arah staf. "Maaf, bisakah kalian menungguku menelepon sekali lagi?"Staf itu mengangguk. "Nona, kamu sudah tunggu sepanjang hari. Kalau begitu, kami akan menemanimu menunggu sebentar lagi. Kalau memang ingin menikah denganmu, dia akan datang. Kalau nggak, kamu juga jangan tunggu terus ."Bulu mata Wenny sontak bergetar. "Oke."Wenny mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Hendro.Hanya saja, nada dering ponsel itu terdengar beberapa kali tanpa ada yang mengangkat. Segera, suara mekanis wanita terdengar. "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi. Silakan coba beberapa saat lagi."Hendro masih tidak mengangkat teleponnya.Staf itu bertanya lagi, "Nona, suamimu masih belum datang?"Wenny menggeleng. "Belum."Tiba-tiba, staf lain datang menghampiri. "Nona, kami akan tutup sekarang. Kami kunci p

Wenny dan Yuvi janjian bertemu di sebuah restoran. Mereka duduk di ruang VIP mewah. Saat ini, Yuvi menyerahkan menu kepada Wenny. "Wenny, kamu pasti sudah lapar setelah menunggu seharian di kantor catatan sipil. Ayo, pesan makanan dulu!"Wenny tidak menolak. Dia membuka menu dan memilih beberapa hidangan.Yuvi bertanya kepada Wenny, "Wenny, apa yang sebenarnya terjadi hari ini? Kenapa Kak Hendro nggak datang ke kantor catatan sipil?"Wenny menggelengkan kepala. "Aku juga nggak tahu. Aku sudah coba telepon dia, tapi dia sama sekali nggak angkat!"Seiring terdengarnya suara keras, Yuvi memukul meja dengan kesal. "Sungguh keterlaluan. Kak Hendro bisa-bisanya nggak datang setelah janjian denganmu. Sekarang juga, aku akan telepon dia dan tanya langsung padanya!"Yuvi segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Hendro.Namun, deringan telepon terus berlanjut tanpa ada yang mengangkat.Yuvi sontak kebingungan. "Kenapa Kak Hendro nggak angkat telepon? Hari ini, sebenarnya dia lagi apa sih?"Sa

Wenny terdiam di pintu. Dia benar-benar tidak menyangka akan melihat Hana di dalam bangsal rumah sakit.Hana sedang duduk di ranjang, sementara Hendro terbaring mengenakan baju pasien dan masih belum sadar. Hana sedang mengusap wajah tampan Hendro dengan penuh kasih sayang. Suasananya terlihat sangat intim.Yuvi bertanya dengan terkejut, "Hana, kenapa kamu ada di sini?"Hana menoleh, lalu mendapati Wenny serta Yuvi yang berdiri di pintu.Hana langsung berdiri dan mendekati Wenny. Dia bertanya sambil tersenyum penuh sindiran, "Wenny, kenapa kamu datang? Hari ini, seharusnya Hendro urus akta nikah denganmu, tapi dia malah bersamaku. Kamu pasti sudah menunggu seharian di kantor catatan sipil ya? Wenny, aku benar-benar merasa kasihan padamu."Yuvi ingin berbicara, tetapi Wenny menghentikannya. Dia menatap Hana sambil bertanya, "Kamu bersama Hendro sepanjang hari ini?""Benar. Aku dan Hendro sudah lama saling kenal. Dia selalu punya tempat untukku di hatinya. Wenny, kamu seharusnya nggak ce