Pak Haikal dan Pak Burhan menatap penuh kekhawatiran dari kejauhan. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana Rafasya perlahan-lahan hancur, tenggelam dalam lautan keputusasaan. Wajahnya lusuh, matanya cekung, dan tubuhnya jauh dari pria tegar yang dulu mereka kenal. Rafasya bukan lagi ayah yang kuat atau suami penuh semangat. Ia kini hanyalah sosok yang nyaris patah, kehilangan arah karena kehilangan anak-anaknya.Pencarian Nayara dan Nazeera yang terus-menerus, tak henti-hentinya, bahkan hingga ke luar negeri, telah menguras segalanya—waktu, tenaga, bahkan dana perusahaan. Beberapa investor menarik diri. Perusahaan yang dibangun dari nol mulai retak. Dan itu membuat Pak Haikal, ayah tiri Rafasya, serta Pak Burhan, ayah mertua sekaligus ayah dari Kania, merasa cemas."Apa kamu nggak sadar, Raf?" tegur Pak Haikal, suaranya tajam tapi penuh kekhawatiran. "Kalau perusahaan ini runtuh, kalau kamu jatuh miskin, bagaimana kamu mau terus mencari Nayara dan Nazeera? Bagaimana kamu biayai sekolah
Huling Na-update : 2025-08-01 Magbasa pa