Kania duduk di sudut kamar, memandangi bayangan dirinya di cermin. Wajah yang dulu penuh harapan kini tampak lelah. Matanya yang dulu berbinar, kini hanya menyimpan kehampaan. Tujuh tahun menikah dengan Rafasya, ia telah melewati berbagai fase—dari bahagia, ragu, hingga tenggelam dalam ketidakpastian. Rafasya bukanlah suami yang kasar secara fisik, tetapi sikap dinginnya jauh lebih menyiksa. Sejak awal, pernikahan mereka diatur oleh keluarga. Kania menerima keputusan itu dengan harapan cinta bisa tumbuh seiring waktu. Namun, semakin lama, ia merasa seperti tamu di rumahnya sendiri. Dan kini, perasaannya semakin terkoyak. Kecurigaannya selama ini semakin menguat. Setiap kali ia mencoba berbicara, Rafasya selalu menghindar, sementara kakaknya, Siska, semakin sering berada di sisi suaminya dengan alasan yang sulit diterima. "Kania, jangan terlalu banyak berpikir buruk. Rafasya itu suamimu, dan Siska adalah kakakmu. Kamu harus percaya pada mereka," ujar ibunya suatu hari ketika Kania me
Terakhir Diperbarui : 2025-02-27 Baca selengkapnya