Sisa petir masih mengendap di udara, berdesis samar di antara puing-puing aula yang hangus terbakar cahaya. Lantai retak, dinding hitam berasap, dan langit di atas mereka—yang dulu melindungi—kini seperti langit yang sudah menyerah pada keputusasaan. Petir sudah reda, tapi kini hawa lain, lebih sunyi, lebih dingin, dan jauh lebih mengerikan mulai menyelimuti ruangan.Udara perlahan memanas—bukan hangat seperti sinar matahari pagi, tapi panas yang terkompresi, seperti tekanan napas terakhir bumi sebelum dilumat kehancuran. Setiap hembusan terasa seperti debu api, menyusup ke dalam paru-paru, menyakitkan, seolah dunia ini sendiri bersiap untuk lenyap.Lalu, langkah-langkah berat terdengar bergema.Tap ... Tap ... Tap ...Kevin melangkah maju dari balik asap. Sepatu hitamnya menyentuh lantai yang retak dengan bunyi lembut, tapi menyayat, seperti suara penyesalan terakhir sebelum maut. Jubahnya mengepul, robek di beberapa bagian oleh kekuatan yang barusan dilepaskannya, tapi auranya tetap
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya