Satu bulan telah berlalu sejak malam penuh kecemasan itu. Luka di tubuh Leon sudah pulih sepenuhnya, namun luka yang menganga di hatinya belum benar-benar sembuh. Meski kesehariannya tampak seperti biasa—memimpin, merancang strategi, dan menyusun langkah balasan—tetapi setiap malam, hatinya tetap tertambat pada satu sosok: Kai.Malam itu, langit di luar mansion begitu tenang. Hujan turun ringan, mengetuk-ngetuk jendela kamar tempat Kai masih terbaring dalam tidur panjangnya.Leon masuk pelan, langkahnya nyaris tak bersuara. Di dalam ruangan, lampu remang membuat suasana terasa lebih intim. Kai masih di sana, seolah tertidur biasa, dengan selimut rapi dan mesin-mesin medis yang menjaganya tetap bernapas.Leon mendekat. Ia menarik kursi, lalu duduk di sisi ranjang, menatap wajah lelaki itu lama—wajah yang dulu begitu cerewet, begitu penuh nyinyiran tajam tapi juga tawa yang tak pernah gagal mencairkan ketegangan. Pelan-pelan, Leon membungkuk, menyandarkan kepala di sisi ranjang, tepat d
Terakhir Diperbarui : 2025-07-21 Baca selengkapnya