Hening menyelimuti kamar apartemen itu. Meski malam telah merayap, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa memejamkan mata. Nadia duduk di ujung tempat tidur, matanya tertuju pada layar ponsel yang penuh dengan pemberitahuan dari media sosial, pesan dari akun anonim, dan ancaman samar.Reza memandanginya dari balik meja kerja, mengenakan kaus abu-abu yang kusut, rambutnya acak-acakan, dan matanya sembab karena kelelahan. Di tangannya, segelas kopi sudah dingin sejak sejam lalu.“Kalau kita terus di sini, mereka akan menemukan kita,” kata Reza akhirnya, suaranya pelan tapi mantap.Nadia mengangkat wajah. “Lalu ke mana? Kita sudah berpindah empat tempat dalam dua minggu. Aku lelah, Za. Tapi aku juga takut.”Reza bangkit, menghampirinya, lalu duduk di sampingnya. Ia menggenggam tangan Nadia dengan erat, seperti seorang lelaki yang menggantungkan sisa kekuatannya pada satu-satunya hal yang ia percaya.“Aku janji, ini tidak akan sia-sia. Kita
Terakhir Diperbarui : 2025-05-18 Baca selengkapnya