Semua Bab Malam Penuh Gairah Bersamamu: Bab 191 - Bab 200

“Tania!” Dika berlari menghampiri Tania di lobi Grand Velora. Peluh membasahi dahinya. Dika seperti habis berlari entah dari mana. “Kamu udah ketemu sama Pak Rafael?” Dika langsung bertanya. Tania tersentak sesaat. “Kamu ketemu sama Rafael?”Kedua mata Tania berbinar. Romi belum memberi kabar lagi, jadi berita dari Dika sungguh sesuatu yang ingin Tania dengar. “Di mana Rafael?” Tania memanjangkan leher, mencoba melihat ke belakang Dika. Namun, Rafael tak ada di sana. “Tadi dia hubungi aku,” sahut Dika. “Aku pikir dia langsung cari kamu.”Tania mengernyit dalam. Ia merasa kesal dengan kenyataan. “Kenapa Rafael menghubungi kamu?” Tania bertanya sinis. “Dia bilang apa?”Dalam hati, Tania memaki. ‘Kenapa hanya Dika? Kenapa Rafael sama sekali tidak mencarinya?’Dika yang merasakan tatapan dingin dan tajam dari Tania, segera menyadari masalah yang ia buat. Sebelum ini, Dika tak berpikir panjang. Ia tidak mengira jika Tania akan merasa tersaingi olehnya. “Apa saja yang kalian bicaraka

Tania terdiam. Kedua matanya menatap Rafael lekat. Tania ingin menolak. Bibirnya siap mengatakan tidak. “Aku tidak mau–”Kalimat Tania terhenti saat suara keras terdengar. Tubuh Rafael meluruh ke lantai. Suaminya itu menutup wajah dengan kedua tangan. “Aku … minta maaf.” Rafael berucap lirih. Padahal, sebelum ini Tania bisa melihat Rafael yang bersikap tenang. Tania tidak mengira Rafael akan begitu terpuruk sekarang. “A-aku benar-benar minta maaf. Aku menyesal. Aku berjanji tidak akan pernah terulang lagi.” Suara Rafael tersendat, seolah-olah ada seonggok batu besar menyumbat tenggorokannya. Tania bahkan sempat mendengar Rafael terisak pelan. Ia semakin yakin saat melihat sudut mata Rafael yang basah.‘Apa Rafael sedang menangis? Untuknya?’ “Aku berbohong, Tania. Aku enggak bisa jauh darimu.” Kali ini Rafael memohon. “Aku sudah meninggalkan semuanya. Apa aku harus kehilangan kamu juga?” Suara Rafael terdengar memilukan. Tania merasa tak sanggup terus menatap wajah Rafael. Seor

“Jangan,” bisik Rafael sambil menggeleng. “Aku enggak apa-apa.”Tania tahu Rafael sedang memintanya untuk tutup mulut. Namun, hatinya tak rela Rafael disudutkan. “Aku akan katakan semuanya,” ucap Tania. Padahal, Tania sebelum ini berpesan agar Rafael tidak menceritakan apapun. Namun, Tania sendiri yang membeberkan. Tania menceritakan tentang bagaimana Rafael dijebak oleh Natasha, tanpa mengikutsertakan nama Julian. Ia tak mau kedua orang tuanya sampai membenci sang mertua. Dengan sensor sana-sini, Tania menjelaskan pada Agus dan Anggi versi singkat tentang apa yang terjadi. Sebisa mungkin Tania tidak mengatakan hal yang mencurigakan. “Kurang lebih begitu,” ujar Tania, menutup ceritanya. “Jadi, Tania harap Ibu bisa mengizinkan Rafael tinggal di sini. Lebih bagus lagi kalau Rafael bisa kerja membantu Ayah besok.” Karena sudah terlanjur, Tania sekalian saja minta Rafael dipekerjakan. Tak masalah jika di depan orang tuanya ia sedikit menuntut. Setidaknya untuk sementara, sampai Raf

“Tidak ada yang mengajakmu!” Gaby berucap ketus. Manajer menyebalkan itu langsung berbalik pergi meninggalkan Tania, membuat Fera dan Tasya bergumam keras. Kedua teman Tania itu mengomel. “Padahal dia yang sengaja mancing!” Mulut Fera komat-kamit memaki. Tasya pun sama. Kedua orang itu sibuk mengutuk tanpa suara. Namun, Tania berbeda. Ia kesal, tapi ada hal yang lebih penting daripada sekedar memaki. “Dika!” Tania bergegas menghampiri Dika saat melihat sosok pria itu melewati lobi. Dika, yang sepertinya sudah tahu jika Tania akan memanggilnya, langsung berhenti. Ia menatap Tania, menunggu Tania mendekat. “Aku tau kamu mau bicara denganku. Aku juga mau bicara. Ayo ke tempat yang lebih sepi,” ujar Dika. Tania mengangguk. Keduanya langsung berjalan ke sudut yang sepi, tak jauh dari lobi. Tania hanya belum ingin mendapatkan teguran dari Gaby karena pergi terlalu jauh. “Apa yang terjadi?” Tania dan Dika bertanya bersamaan. “Kamu dulu,” ucap Tania. Tania ingin tahu apa yang ingin

“Nanti, tolong temani aku.” Tania memilih untuk berjaga-jaga atas segala kemungkinan yang terjadi. Pertemuan Tania dengan Julian dan Sonya pasti dihiasi dengan teriakan. Namun, Tania tak ingin jika ada yang sampai main tangan. Ia datang untuk menjenguk juga berbaikan, bukan dijadikan bulan-bulanan. “Tentu.” Dika pun memimpin jalan. Mereka akhirnya tiba di depan pintu ruang rawat. Tania menarik napas dalam. Ia harus bersiap untuk apa yang terjadi setelah ini. Tok tok. Pintu diketuk oleh Dika. Terdengar suara dari dalam ruangan. Mereka dipersilakan masuk. Dika membuka pintu setelahnya. Tania mengikuti Dika. Ia menunduk saat melangkah. Dalam hati, Tania menghitung mundur. Ia menunggu teriakan Julian untuknya. “Mau apa kamu ke sini?” Bukan suara Julian, tapi suara Sonya yang terdengar. Tania pun mendongak. Ia melihat Sonya berdiri di depannya. Wajah Sonya sembab. Kedua matanya menatap Tania tajam. “Ka-kau!” Dari atas ranjang, Julian menggeram. Suara Julian putus-putus, tersend