Beberapa hari setelah Aurel kembali ke rumah orang tuanya, ia berdiri di depan gedung megah Veranza Grup, mengenakan setelan blazer hitam elegan dan kacamata hitam yang membingkai tajam wajahnya. Angin pagi menerpa rambutnya yang terurai sempurna, seolah menyambut seorang wanita yang kembali bukan sebagai tawanan, tapi sebagai ancaman.Dengan langkah mantap, ia memasuki lobi utama Veranza, tempat yang dulu menjadi panggung kejayaannya. Staf resepsionis yang mengenal wajahnya tampak tercekat, namun tak cukup berani menghalangi. Aura Aurel terlalu kuat untuk dihadang."Saya mau bertemu dengan Tuan Arfan," katanya, suaranya tenang namun tak bisa disangkal tegas.“Maaf, Bu... apakah Anda sudah ada janji?”Aurel tersenyum kecil, lalu menurunkan kacamatanya, menatap lurus ke arah resepsionis itu. “Kau pikir aku perlu janji? Katakan padanya... Aurel datang.”Resepsionis itu menelan ludah dan segera menelpon lantai atas.**Di lantai tertinggi, ruang CEO Veranza, Arfan baru saja menutup file
Terakhir Diperbarui : 2025-07-01 Baca selengkapnya