Malam itu, hujan turun deras membasahi Jakarta. Petir sesekali menggelegar, mengguncang langit yang kelam. Di dalam kontrakan mungil yang temboknya mulai berjamur, Freya duduk di sudut kamar, memeluk lututnya. Pikirannya kalut, hatinya terhimpit rasa takut dan cemas yang bercampur menjadi satu.Dari balik pintu kamarnya yang setengah terbuka, terdengar suara batuk ayahnya. Batuk yang berat, panjang, seolah menguras seluruh tenaga pria tua itu.“Uhuk… uhuk… uhuk…”Freya bangkit, buru-buru menghampiri ruang tengah. Ia melihat ayahnya terbaring di kasur tipis, tubuhnya menggigil meski sudah diselimuti sarung lusuh. Ibunya duduk di sampingnya, memegangi punggung sang suami sambil mengelus pelan.“Freya, tolong ambilin air hangat, Nak,” pinta ibunya pelan, wajahnya penuh kekhawatiran.Freya mengangguk cepat, melangkah ke dapur kecil. Tangannya gemetar saat menuang air ke gelas. Hatinya serasa diremas. Ayahnya terlihat makin lemah, batuknya makin sering.“Obat… aku harus beli obat yang leb
Terakhir Diperbarui : 2025-07-24 Baca selengkapnya