SIMPANAN OM-OM

SIMPANAN OM-OM

last updateLast Updated : 2025-06-25
By:  Rae JasmineOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
8views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Freya, seorang wanita muda, menjalani hidup sederhana sebagai kasir di minimarket. Gajinya pas-pasan, hanya cukup untuk makan dan ongkos saja. Sementara orang tuanya, mantan pedagang buah yang bergantung hanya padanya. Selain kesulitan ekonomi, Freya juga kerap menjadi korban ejekan karena wajahnya berjerawat, rambutnya tak terurus, dan tubuhnya yang sedikit gemuk. Hingga suatu hari, sebuah brosur lowongan kerja menarik perhatiannya—talent live streaming di sebuah aplikasi hiburan. Pekerjaan ini sederhana, hanya berbicara di depan kamera dan membaca pesan dari penonton. Freya mencoba, dan perlahan kehidupannya berubah. Dengan bantuan filter kamera, ia terlihat lebih menarik, menarik perhatian banyak pria, termasuk seorang donatur tetap yang sering memberinya gift dalam jumlah besar. Keberhasilannya menimbulkan gosip di tempat kerja. Sintya, rekan yang iri padanya, diam-diam menyelidiki dan menemukan fakta mengejutkan: pria yang sering memberi Freya gift adalah bos kakaknya, seorang pengusaha kaya yang sudah menikah. Istrinya lumpuh akibat kecelakaan, dan pria itu dikenal gemar mendekati wanita muda. Freya yang awalnya tidak tahu kebenarannya, justru tetap bertahan demi menikmati kehidupan mewahnya. Bahkan melakukan operasi plastik dengan uang dari pria tersebut. Namun, ketika kenyataan terbongkar,dia tetap memilih mempertahankan relasi demi kestabilan finansialnya. Hingga suatu malam, kecelakaan tragis terjadi. Pria itu meninggal, sementara Freya mengalami luka serius dan kehilangan kemampuannya berjalan,sama seperti istri pria tersebut. Dalam penderitaannya, Freya menyadari kesalahannya dan kembali ke pelukan keluarganya dan menjalani hidup sederhana seperti dulu, tetapi dengan hati yang lebih bijaksana.

View More

Chapter 1

Bab 1 – Kasir Bernama Freya

Langit Jakarta pagi itu diselimuti mendung, seakan mencerminkan hati Freya Anantasya yang gundah. Di balik meja kasir sebuah minimarket kecil di pinggir jalan raya, Freya berdiri dengan seragam merah lusuh, wajahnya tampak letih. Keringat membasahi pelipisnya, meski kipas tua di sudut ruangan terus berputar dengan bunyi berdecit.

“Eh, lama banget sih! Gini doang nyeken barcode aja lelet!” hardik seorang ibu muda dengan nada tinggi.

Freya tersenyum kaku, menelan rasa malu. Jemarinya bergetar saat menekan tombol mesin kasir yang mulai rewel. “Maaf, Bu… mesinnya agak error,” ucapnya pelan.

Ibu itu menggerutu, membayar dengan kasar, lalu pergi sambil menatap sinis wajah Freya yang berjerawat dan berminyak. Seorang bocah kecil yang ikut bersamanya sempat berbisik, “Ih, jelek banget, Ma.”

Ucapan itu seperti pisau yang mengiris hati Freya. Namun ia hanya menunduk, pura-pura tak mendengar. Sudah biasa ia mendapat cibiran soal wajahnya, soal tubuhnya yang tak langsing, soal rambutnya yang jarang disisir rapi. Baginya, setiap hari di tempat kerja hanyalah perjuangan untuk bertahan, bukan untuk dihargai.

Pekerjaan sebagai kasir tak memberinya cukup uang untuk sekadar mempercantik diri. Gajinya habis untuk biaya makan, bayar kontrakan petakan kecil di pinggir rel, dan membeli obat untuk ayahnya yang sering batuk-batuk. Ibunya? Sudah lama berhenti berjualan buah sejak dagangan mereka tergusur proyek pelebaran jalan.

“Freya, cepet dikit kerjanya! Antrian panjang tuh!” tegur supervisor yang juga tak suka padanya.

“Baik, Kak,” jawab Freya lirih.

Hidup ini memang kejam, batinnya. Tapi ia tak punya pilihan. Ia anak tunggal, harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya. Setiap malam sebelum tidur, ia memandangi langit-langit kamar kontrakan yang bocor, membayangkan seandainya punya uang banyak—hidupnya pasti berbeda.

Sore itu, saat Freya hendak pulang, hujan turun deras. Ia berlari-lari kecil ke halte, menunggu angkot langganannya. Rambutnya basah kuyup, seragamnya lepek. Jakarta benar-benar tak ramah bagi orang kecil sepertinya.

Saat angkot berhenti, Freya naik. Penumpang penuh sesak. Ia duduk di pojok, mencoba memejamkan mata sejenak. Namun pandangannya justru jatuh pada selebaran kertas yang tertempel di kaca angkot, terkena setetes air hujan hingga sebagian luntur.

“LOWONGAN PEKERJAAN — TALENT LIVE STREAMING.

CUMA NGOBROL DI DEPAN KAMERA.

PENGHASILAN JUTAAN RUPIAH!

TIDAK PERLU PENGALAMAN.

DAFTAR SEKARANG: HUBUNGI WA…”

Freya membaca berulang-ulang. Jutaan rupiah? Hanya ngobrol? Benarkah? Hati kecilnya bergejolak. Inilah yang selalu diimpikannya—cara mengubah hidup. Tapi… mungkinkah? Bukankah dunia hiburan itu penuh tipu daya?

“Ah, mana ada orang kayak aku laku di live streaming,” gumamnya. Tangannya ingin merobek selebaran itu, namun ia urungkan. Matanya terus tertuju pada nomor W******p yang tertera.

Sesampainya di kontrakan, Freya disambut ibunya yang baru selesai memasak nasi dan tumis kangkung sederhana. Bau masakan sederhana itu memenuhi ruangan sempit yang jadi satu dengan tempat tidur mereka.

“Freya, gimana kerjaan hari ini?” tanya sang ibu dengan senyum lelah.

“Ya gitu, Bu. Capek. Tapi nggak apa-apa kok,” jawab Freya, memaksakan senyum.

Ayahnya hanya terbatuk pelan dari sudut ruangan, tubuhnya kurus, wajahnya pucat. Pemandangan itu menyesakkan dada Freya. Ia melepas sepatu basahnya, menggantungkan seragam di paku dinding, lalu duduk bersila menemani ibunya makan malam.

Mereka makan dalam diam. Hanya suara hujan di luar dan sesekali batuk ayahnya yang terdengar. Freya mencuri pandang pada wajah ibunya yang menua sebelum waktunya, pada tangan kurusnya yang sudah kasar karena bekerja keras sejak muda.

Malam itu, sambil berbaring di kasur tipis yang mereka sebut ranjang, Freya memandangi layar ponselnya. Nomor W******p di selebaran itu sudah ia simpan. Berkali-kali ia membuka dan menutup aplikasi pesan. Jemarinya gemetar.

“Selamat malam, saya tertarik dengan lowongan talent live streaming ini. Apa syaratnya?”

Ia tatap pesan itu lama. Jantungnya berdebar. Pikiran berkecamuk. Ini kesempatan atau jebakan? Bagaimana jika benar? Bagaimana jika ini hanya tipu daya?

Gambaran wajah ayahnya yang batuk, ibunya yang selalu tersenyum meski lelah, kontrakan mereka yang bocor jika hujan deras, semua berkelebat di pikirannya.

Akhirnya, dengan satu tarikan napas panjang, ia menekan tombol kirim.

Pesannya terkirim. Centang satu… centang dua… biru. Hatinya berdebar makin keras.

Tak lama, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk:

“Selamat malam, Kak Freya. Terima kasih sudah tertarik. Kami yakin Kakak punya potensi. Boleh kirim foto Kakak dan nanti kami pandu langkah berikutnya?”

Freya menatap layar itu lama. Hatinya bergetar. Sebuah kalimat sederhana, tapi terasa seperti uluran tangan yang selama ini ia tunggu.

Di luar, hujan masih deras mengguyur Jakarta. Dan di kamar kontrakan itu, Freya belum tahu bahwa malam ini adalah awal dari jalan yang akan membawanya pada godaan, kemewahan, dan penyesalan.

Freya memejamkan mata sejenak, lalu membuka galeri ponselnya. Dengan jantung berdebar, ia bersiap memilih foto untuk dikirim. Inilah titik awal yang akan mengubah segalanya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status