Semua Bab Semakin Red Flag Semakin Cinta: Bab 231 - Bab 240

‘’Lana, tolong jawab pertanyaanku,” pinta Romy ketika Alana bergeming tidak meresponnya. Ia butuh jawaban perempuan itu saat ini juga. Romy tidak bisa lagi menunda.Rentetan kebaikan Romy selama ini berkelabat di depan mata Alana. Mulai dari saat pertama mereka berkenalan, masa-masa tersulit pernikahannya hingga saat berada di fase-fase terendah kehidupannya ketika Ale meninggalkannya.”Jujur aja, Na, aku nggak akan marah.”Alana memejamkan matanya beberapa detik sembari menahan kuat-kuat gejolak di dalam hati. Alana tahu, jawabannya pasti akan sangat membuat Romy sakit hati. Tapi… Alana juga tidak bisa mengingkari jika hatinya masih milik Ale. Lelaki itu mengisi penuh hatinya dari dulu hingga detik ini.Belum sempat Alana berikan jawaban, Romy sudah kembali berkata. ”Bukannya aku nggak tahu, aku tahu kok kalau kamu bohongin aku.”Seketika Alana mengangkat mukanya mendengar ucapan laki-laki itu.“Kamu bilang sendirian ke bridal butik, ternyata berdua. Kamu bilang nginep di rumah temen

Jam segini seharusnya Ale sedang tidur nyenyak di kasurnya sambil memeluk anak kesayangannya. Nyatanya saat ini laki-laki itu sedang membelah jalan raya.Ale tidak habis pikir apa yang akan disampaikan Alana padanya. Rasa cemas dan sederet pikiran buruk lainnya hadir memberati kepalanya. Semoga Alana baik-baik saja dan tidak ada sesuatu yang buruk melanda perempuan itu.Hanya ada beberapa orang pengguna lift saat Ale tiba di gedung apartemen Alana. Ale adalah salah satunya. Ketika tiba di lantai yang dituju, Ale langsung keluar dari lift dan melesat menuju unit apartemen Alana.Pria itu membunyikan bel tepat di depan pintu hunian sang mantan istri. Dalam hitungan detik pintu pun terbuka bersama dengan pemilik paras manis yang menyembul keluar. Tanpa menunggu apa-apa lagi, tiba-tiba Alana menghambur memeluk Ale, membuat pria itu kaget setengah mati.Apa-apaan ini?Ale awalnya ragu akan membalas pelukan Alana atau membiarkan saja. Tangan laki-laki itu lurus ke bawah, sedangkan kepalanya

Alana bersandar di dinding sambil memegang dadanya. Ia rasakan sendiri kencangnya debaran di dalam sana. Alana tidak bisa mengendalikan detak jantungnya agar tetap normal seperti biasa. Kemudian matanya menuruni dada hingga bagian perutnya.Senyum tercipta di bibirnya kala menyadari dirinya hanya menggunakan lingerie hitam super duper transparan lengkap dengan G string yang akan robek hanya dengan satu kali tarik.Lingerie berikut printilannya yang menempel di tubuh Alana adalah pemberian mamanya. Mamanya yang sudah berumur itu sempat-sempatnya membelikan lingerie untuknya. Entah kapan wanita itu membelikannya Alana juga tidak tahu. Yang menggerus pikirannya saat ini bukan hanya tentang asal lingerie, tapi apa yang akan terjadi setelah lingerie tersebut melekat di tubuhnya.”Nanti malam jangan lupa langsung dipake ya, Na. Bikin Ale senang. Ingat kata-kata Mama, Ale tuh sekarang udah resmi jadi suami kamu. Jadi kamu jangan ngelawan, lakuin apa pun yang Ale mau,” kata Kiran menasihatiny

Terlahir dari pasangan Ale dan Alana, Giandra tumbuh menjadi anak laki-laki yang gagah, cerdas dan menawan. Meski kedua orang tuanya bekerja sebagai pengusaha dan arsitek, akan tetapi Giandra memilih jalannya sendiri. Di usianya yang baru dua puluh dua tahun Giandra menghabiskan sebagian besar waktu bersama bandnya yang bernama Let It Be. Band tersebut terdiri dari empat personil yang beberapa orang di antaranya bukan lagi orang asing dalam kehidupan Giandra. Salah satunya adalah Max atau Maxwell, teman kecil Giandra. Giandra adalah gitaris pada band tersebut, sedangkan Max merupakan vokalis di sana. Dua posisi lain diisi oleh Qeyzia sebagai drummer yang juga merupakan satu-satunya perempuan di sana. Qeyzia atau Qey merupakan keluarga Giandra sendiri. Sedangkan satu personil lagi adalah Raja yang memainkan bass.Let It Be berawal dari pemenang kontes pencarian bakat di Indonesia yaitu Rising Star, sehingga akhirnya menjadi salah satu grup band terpopuler. Keempat personil Let It Be

Lady masih menasihati Brienna agar mau mendengarkannya yang semuanya demi kesehatan gadis itu juga.“Tadi siang kamu ngilang dari rumah itu ke mana?” tatap Lady dengan pandangan menyelidik.”Ke rumah Giandra, Ma, nganterin kopernya,” jawab Brienna berterus terang.Lady geleng-geleng kepala. “Kenapa harus kamu yang nganter? Dia kan bisa jemput sendiri, atau dianterin Qey,” heran Lady tidak habis pikir atas kelakuan Brienna.“Tadi aku kebetulan mau ketemu Giandra, Ma, ada yang mau diomongin, jadi sekalian aja bawain kopernya,” jawab Brienna beralasan sembari menutup laptopnya. “Aku tidur dulu ya, Ma,” ucapnya kemudian.Lady menganggukkan kepalanya. Sebelum keluar dari sana matanya mengedar ke sekeliling, memastikan keadaan baik-baik saja.Setelah keluar dari kamar Brienna Lady tidak langsung kembali ke kamarnya melainkan memeriksa kamar anak-anaknya yang lain. Qey, Karen dan Aksa. Karena kamar Qey dikunci dari dalam, Lady pun melewatkannya. Perempuan itu masuk ke kamar Karen dan Aksa ya