Gendhis bergerak tak nyaman di sebelah Rai, sebelah tangannya tak melepas genggaman dari jemari sang suami. Kini, ia menjadi pusat perhatian, setidaknya ada sekitar 400-an lebih anggota klan yang hadir di rumah besar. Seperempatnya adalah para tetua lintas generasi, mereka akan menyaksikan lahirnya Ane-san yang baru malam ini. "Tenang, Ndhis, kamu nggak bakalan diapa-apain," bisik Rai berusaha menenangkan istrinya. "Gimana aku bisa tenang kalau orang-orang ngeliat aku kayak siap mau nelanjangin gitu," desah Gendhis terkena serangan panik. "Kan ada aku, kami semua para Wisanggeni bakalan ngelindungin kamu, tenang dan percaya diri!" sambar Ann yang ada di sebelah Rai, ikut memberi dukungan. "Ann, apa sepanik ini dulu pas ada di posisimu?" tanya Gendhis. "Iya, panik banget, tapi aku bar-bar dan bermulut kotor, jadi para Tetua membenciku," kata Ann mengenang. "Terus?" Gendhis penasaran. "Ya aman-aman aja, toh back up ku adalah Ketua dan seluruh keluarganya. Tenang, kami semua ada d
Last Updated : 2025-06-08 Read more