“Entahlah, sekarang aku justru merasa jijik denganmu, Mas,” gumam Andini lirih. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamar, mencoba mengusir bayangan tentang suaminya, Niko, yang entah sudah berapa kali berbagi canda tawa, sentuhan, atau bahkan pelukan dengan wanita lain. Berbagi kehangatan yang seharusnya hanya miliknya. Hati wanita itu terasa remuk, namun Andini berusaha untuk tetap tenang, meski di dalam dadanya ada bara yang siap meledak kapan saja.Pintu kamar berderit pelan, memecah keheningan. Andini mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang perlahan terbuka. Aroma parfum khas Niko menguar, menandakan bahwa suaminya sudah bersiap untuk pergi. Niko muncul dengan kemeja biru muda yang digulung hingga siku dan celana panjang hitam, rapi seperti biasa.“Sayang, kamu di dalam terus? Nggak mau turun makan dulu?” tanya Niko sambil menyandarkan tubuhnya di kusen pintu. Senyumnya tipis, tapi Andini tahu, ada sesuatu yang disembunyi
Terakhir Diperbarui : 2025-05-15 Baca selengkapnya