“Dewa!!” suara Thamara menggelegar dari ambang pintu dapur. Suasana hening seketika. Sherine yang menunduk dengan air mata berderai sontak terlonjak, sementara Dewa membeku di tempatnya.Thamara melangkah masuk, pandangannya tajam namun penuh khawatir. Ia mendekat lalu menatap putranya dan menantunya bergantian. “Apa yang terjadi di sini?”Sherine buru-buru mengusap matanya, mencoba menutupi tangisnya. “Tidak, Ma… tidak ada apa-apa.” Suaranya bergetar. Ia berusaha tersenyum, tapi senyum itu tampak lebih mirip topeng rapuh.“Kenapa Sherine? Kenapa kamu menangis?” Thamara tak puas dengan jawaban singkat.Sherine menunduk. “Aku… aku ke atas dulu, Ma,” ucapnya cepat, lalu bergegas meninggalkan dapur. Punggungnya terlihat begitu lemah saat menaiki tangga.Dewa hanya bisa menatap kepergian istrinya, rasa bersalah makin menyesakkan dada.“Dewa,” Thamara menoleh pada putranya, suaranya melembut, “kalian bertengkar?”“Iya, Ma,” jawab Dewa jujur, nadanya berat. “Biasa, masalah suami istri.”Tha
Last Updated : 2025-09-14 Read more