Sinta terbangun sekali lagi, kali ini di sebuah ruangan yang terasa berbeda. Hangat, namun asing. Ia melihat sekeliling—dinding putih kusam, sebuah kasur tipis, dan jendela kecil dengan teralis besi. Udara lembab memenuhi ruangan. Ini bukan rumah sakit. Bukan pula lantai 13. Tapi… tempat ini tetap terasa salah.Pintu terbuka perlahan, dan masuklah seorang perempuan tua, mengenakan kain lusuh dan membawa lampu minyak kecil. Wajahnya keriput, tapi matanya tajam menatap Sinta.“Kamu masih hidup, Nak. Tapi kamu sudah melihat terlalu banyak,” ucap perempuan itu dengan suara lirih, namun dalam.Sinta ingin bicara, tapi tenggorokannya terasa kering. Ia hanya mampu mengangguk perlahan.Perempuan itu duduk di ujung ranjang dan berkata pelan, “Lantai 13 itu bukan sekadar mitos. Itu gerbang. Tempat roh-roh penasaran dan entitas lama yang terperangkap. Dimas, Reza, Ardi… mereka bukan satu-satunya korban. Sudah ada puluhan jiwa yang hilang di sana. Termasuk anakku.”Sinta menatapnya, kaget. “Anak
Last Updated : 2025-05-15 Read more