Kabut tebal menyelimuti rumah kontrakan tempat Sinta tinggal sementara. Jam di dinding berdetak lambat, seolah waktu ikut tertahan. Di luar, langit mendung menggantung pekat meski masih siang. Angin membawa bisikan, samar namun mengganggu. Sejak keluar dari rumah sakit tua itu, Sinta tak pernah merasa benar-benar tenang. Ia sering terbangun tengah malam karena mimpi aneh—tentang lorong berdarah, suara tangisan anak kecil, dan sosok wanita berpakaian suster yang terus memanggil namanya. Di meja kamarnya, buku lusuh yang dibawa dari rumah sakit tergeletak terbuka. Setiap malam, halaman baru seolah muncul sendiri. Gambar simbol-simbol kuno, catatan tangan Dr. Anton, dan—yang paling mengejutkan—lukisan wajah Sinta dengan tinta hitam mengering. “Apa ini peringatan... atau petunjuk?” gumamnya sambil menyentuh halaman tersebut. Tiba-tiba, lampu di kamarnya padam. Televisi menyala sendiri, menampilkan tayangan CCTV dari rumah sakit. Lantai 13—gelap, kosong, tapi di sudut kamera, ada sesos
Last Updated : 2025-05-16 Read more