Fara mundur beberapa langkah, tubuhnya membeku di ambang pintu. Suara tawa itu makin keras, menyelinap ke dalam tulang-tulangnya. Tawa yang dulu sering ia dengar di balik pintu ruang kerja sang ayah — namun saat itu ia pikir hanya bagian dari stres kerja.Sinta menggenggam tangannya. “Fara… kita harus pergi. Sekarang!”Namun sebelum sempat bergerak, dinding ruang operasi mulai berubah. Gambar-gambar samar bermunculan — rekaman masa lalu, seperti proyeksi kabut. Fara melihat ayahnya... Dr. Mardika, mengenakan jas lab putih, sedang berdiri di tengah ruangan itu, bersama seorang gadis kecil — Hilda.“Percobaan ini akan menyelamatkan banyak nyawa,” suara Dr. Mardika terdengar berat, dingin. “Tapi kau harus kuat, Hilda.”Gadis kecil itu menangis, tubuhnya diikat ke meja operasi. Di sekeliling mereka, alat-alat medis kuno, jarum besar, dan larutan kimia tak dikenal.Fara menutup mulutnya, ngeri. “Tidak… Ayah… apa yang kau lakukan…”Bayangan itu berlanjut. Hilda berteriak, darah berceceran,
Terakhir Diperbarui : 2025-05-24 Baca selengkapnya