Jantungku tanpa sadar berdetak kencang. Aku mengernyit, mencoba untuk mendorongnya, tapi malah mendengarnya berkata, "Sayang, beberapa hari nggak pulang, kamu nggak merindukanku?"Nada bicaranya terdengar sedih.Teringat penderitaanku selama beberapa hari ini, aku memang tidak sempat memikirkannya.Aku pun refleks ingin melepaskan diri dari pelukannya.Ardi menyadari hal ini, dia mencium kepalaku lalu berkata membujuk, "Raisa sayang, jangan marah lagi, dong."Mendengar kata "sayang" ini, amarah memenuhi hatiku.Aku tidak tahu apa yang mau Ardi lakukan.Namun, dalam hal tenaga, aku sudah pasti bukan lawannya.Aku akhirnya berkata, "Lantainya dingin, Dokter Ardi berdiri dulu.""Memang sayangku yang paling peduli padaku." Ardi melepaskanku sedikit lalu berkata senang, "Kalau begitu, kita ke sofa saja."Aku pun duduk dengan kesal sambil melihat Ardi yang kesusahan untuk berdiri. Akhirnya, aku terpaksa membantunya berdiri.Kami berdua sampai di sofa dengan susah payah.Wajah Ardi bersandar
Read more