Setelah satu minggu di rumah sakit. Aslan membawaku pulang.Pagi itu, udara villa Aslan terasa lebih hangat dari biasanya. Setelah merasa cukup pulih, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Setidaknya, pikiranku akan sedikit teralihkan dari pusaran hidup yang kian rumit ini.Begitu keluar kamar, aroma gurih dan manis dari dapur menyambutku lebih dulu. Seperti pelukan samar yang tak pernah aku minta. Di meja makan, sudah tertata rapi sarapan dengan tampilan semewah restoran berbintang.“Mari duduk, kita sarapan bersama,” suara Aslan terdengar dari arah dapur, tenang tapi penuh kuasa.Aku menghela napas. “Aku berangkat kerja duluan. Nanti saja sarapannya di hotel.” Ucapku datar, dingin, tanpa nada selera.Namun, lelaki itu tetap berdiri tegak, menyandarkan diri di pintu dapur. “Makan saja dulu. Kita berangkat bersama.”Nada bicaranya membuatku sulit menolak. Seolah, setiap katanya memiliki kunci untuk mengunci langkahku.Dengan setengah hati, aku duduk. Menyendok salad buah yang terlihat
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya