Lahat ng Kabanata ng Pembalasan Menantu Terkuat: Kabanata 21 - Kabanata 30

"Minum dulu Nel," ujar Bara menyodorkan air mineral yang sudah dibukanya.Ainel menerima air tersebut kemudian menenggaknya hingga setengah botol."Gua gak tahan baunya," ujar Ainel kemudian."Yaudah kita cari mini market aja," ajak Bara.Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam mobil untuk mencari minimarket. Namun, setelah puas berkeliling hingga senja menjadi gelap mereka tak juga menemukan minimarket hanya ada beberapa toko yang lumayan besar, namun saat magrib tiba semuanya serentak tutup.Ainel hanya menghela nafas menyaksikan bagaimana suramnya kehidupannya saat ini setelah diasingkan ayahnya sendiri."Pulang aja," gumam Ainel pelan.Bara hanya mengangguk dan melirik sekilas kearah istrinya yang tampak kecewa."Inilah alasan kenapa gua gak boleh lo berangkat sendiri Nel," ujar Bara."Tempat ini seperti tempat pengasingan narapidana bagi lo yang dibesarkan dengan glamornya kehidupan kota," lanjut Bara lagi."Gua gak tahan," ujar Ainel."Sabarlah Nel, minimal sampai anak lo lahir.

“Kemana perginya?” gumam Bara dalam hati.Bara keluar menuju jalan raya melihat sekeliling mencari pria tersebut yang mencurigakan, namun pria tersebut benar-benar menghilang entah kemana.Bara berpikir sejenak, kemudian mengambil semua mainan yang tadi sempat dibelinya kemudian masuk kedalam panti menemui adik-adiknya."Halo sayang kakak semuanya," sapa Bara saat melihat adik-adiknya sedang berkumpul diruang tengah sibuk bermain."Kak Bara."Semua anak-anak yang sedang sibuk bermain segera berlari menyambut kedatangan Bara, apalagi melihat Bara datang dengan membawa banyak mainan untuk mereka."Apa kabar semuanya?""Baik kak," seru mereka serentak.Beberapa saat kemudian Bara sudah terlarut dalam keseruan bermain bersama adik-adiknya hingga kelelahan dan tertidur di panti asuhan.Setelah makan siang Bara berpamitan kepada bu Aisah untuk kembali pulang. Karena melewati kota Bara kembali membeli beberapa makanan kesukaan Ainel yang tidak bisa ditemukan di sekitar rumahnya.Bara juga be

Ainel sudah memegang cutter di tangannya, sambil menatap Bara yang sedang terlelap. Lama Ainel terdiam menatap Bara dan cutter secara bergantian. Saat itu Bara menggeliat, dengan sigap Ainel menyembunyikan cutter dibelakang tubuhnya.Ternyata Bara tidak terbangun hanya merubah posisi tidur. Cutter masih berada dalam genggaman Ainel, bahkan mata cutter terlihat sudah mengarah ke Bara.Beberapa saat terdiam, kemudian Ainel luruh di depan Bara sambil menangis.“Apa yang gua lakukan?” ucap Ainel sembari memandang tangannya yang masih memegang cutter.Ainel kembali menyimpan cutter tersebut dengan gemetar. Untung dia cepat tersadar sebelum menjadi seorang pembunuh. Dia tiba-tiba memikirkan akan tinggal di dalam penjara dan melahirkan disana, sungguh dia tak mampu dan hal itu akan mencoreng nama besar Martano Hario.Ainel duduk bersimpuh di depan meja riasnya, setelah meletakan cutter ditempat semula. Ainel tak mampu lagi menahan emosinya, dia menangis sejadi-jadinya.Bara yang sayup-sayup

Tepat pukul tujuh tiga puluh Bara tiba di pelataran parkir perusahaan, di sana masih tampak sepi mobil-mobil karyawan lainnya. Memang untuk jam operasional kantor dimulai pukul delapan pagi, namun untuk pabrik dua puluh empat jam nonstop. Parkir antara karyawan kantor dan karyawan pabrik terpisah.Bara berjalan dengan santai menuju ruangannya, tampak cleaning service tengah sibuk membersihkan semua meja kantor sebelum para pegawai datang. Bara tersenyum ramah kepada pak Amir sang cleaning service yang sudah sedikit berumur. Ingat beberapa bulan yang lalu posisi Bara masih sama dengan pak Amir, datang paling dulu sebelum semua orang datang dan pulang akhir untuk memastikan semua kembali dalam keadaan rapi dan semua pintu harus terkunci sebelum ruangan ditinggalkan."Selamat pagi, pak," sapa pak Amir ramah."Pagi pak Amir, jangan lupa sarapan dulu pak Amir," ujar Bara."Iya pak, sudah selesai sarapan dirumah," jawab pak Amir sambil tertawa renyah."Oke pak, selamat bekerja pak," ucap Ba

Karena kondisi di dalam pabrik sangat berisik, berkali-kali ponsel Bara berdering namun tak mendapat jawaban. Karena Bara sedang sibuk mengontrol semua divisi yang ada, berkenalan secara langsung kepada karyawan pabrik, bertanya banyak hal. Gio yang bertugas mencatat semua temuan, baik yang temuan yang positif maupun negatif semua tidak terlewatkan.Bara bahkan sampai naik ke lantai atas untuk memeriksa kondisi disana, hingga bercucuran keringat karena kepanasan.Pukul lima sore, kegiatan Bara selesai. Walaupun belum terlalu puas dengan hasil yang ditemui dilapangan. Namun, Bara sudah ada gambaran tentang kegiatan operasional pabrik yang dipimpinnya.Bara kembali ke kantor, terlebih dahulu mencuci muka di kamar mandi, dan menenggak minuman dingin untuk membasahi tenggorokannya yang kering."Gio, hasil catatan hari ini nanti kamu ketik. Kamu buat serapi mungkin, baru kirim ke semua Manajer divisi dan cc-in ke saya," ujar Bara memberikan arahan kepada Gio."Baik pak," jawab Gio sambil d