"Ya Tuhan, Marwa!" seru Siska sambil berdiri di ambang pintu kamar sahabatnya. "Ini kamar atau zona bencana alam?"Marwa menoleh dari depan cermin, tak merasa bersalah sama sekali. Di belakangnya, ranjang nyaris tak terlihat oleh tumpukan baju-gaun-gaun, blus, celana, dan scarf yang menggunung. Separuh pakaian itu miliknya, dan separuh lagi milik Siska. Ia tadi sudah meminta izin Siska untuk membongkar lemarinya."Aku harus tampil paripurna, Sis. Kamu seperti tidak pernah jatuh cinta saja," jawab Marwa santai."Ya, aku tahu." Siska masuk dan duduk di sudut ranjang. "Tapi kamu sudah mencoba... sembilan gaun, lima kulot, dan tujuh blus, lho." Siska menghitung tumpukan pakaian di ranjang. "Lho, kok diganti lagi?" seru Siska saat melihat Marwa melepas gaun fuschia-nya."Yang ini warnanya terlalu mencolok mata, Sis. Aku pasti sudah terlihat dari radius satu kilometer karena warna gonjrengnya," ucap Marwa sambil menatap tumpukan pakaian di ranjang. Ia kemudian menyambar gaun berwarna hitam
Terakhir Diperbarui : 2025-06-05 Baca selengkapnya