“Masuk, Mas Liam," ucap petugas persidangan memecah riuh kecil ruang tunggu. Liam menghela napas, menegakkan punggungnya. Di sisi kanannya, Najla yang mengenakan blazer sederhana menatap penuh rasa ingin tahu.“Kamu siap?” bisik Najla.“Kenapa tanya begitu, kita udah di sini,” jawab Liam.Mereka melangkah beriringan bersama seorang pria berkemeja abu-abu muda, dasi hitam, dan map tebal di tangan. Itulah Arfan, teman SMA Liam yang kini berprofesi sebagai pengacara. Wajahnya santai, tapi langkahnya mantap.“Tenang, Li. Sidang pertama ini cuma pembacaan gugatan sama verifikasi awal. Enggak langsung dihajar pertanyaan berat,” ucap Arfan setengah berbisik."Emang kamu pikir aku takut, ya, Fan?"Arfan terkekeh pelan.Ruang sidang sudah ramai. Di sisi berlawanan, Dania duduk tegak, lipstiknya menyala terang, diapit Pak Bagus dan Bu Marya. Tatapannya singkat ke arah Liam, lalu berpindah entah kemana. Pak Bagus, memakai baju batik dengan rambut mulai memutih, duduk dengan tangan terlipat di pan
Last Updated : 2025-08-11 Read more