"Kak Liam, terima kasih ya..." Keya menoleh pada suaminya yang masih berdiri di sisinya, wajahnya belum reda dari senyum bangga. "Aku cuma pengin kamu tahu, kamu selalu jadi alasan terbesar aku sampai ke sini."Liam menatapnya lama, kemudian menunduk pelan, menyembunyikan mata yang basah. "Aku yang harusnya bilang begitu, Ey. Kamu yang berjuang, aku cuma nemenin. Tapi... terima kasih buat kejutan ini."Mereka berdua masih saling pandang, hingga sorak dari keluarga membuat suasana mencair.Di halaman kampus, kamera ponsel berkilat-kilat. Bunga tangan berpindah, ucapan selamat berderet. Sheryn, dengan gaun ungu kecilnya,sama dengan yang dipakai Keya, meloncat-loncat setiap kali ada kamera menghadap."Bunda, aku mau lagi!" serunya sambil menarik tangan Keya.Keya tertawa. "Capek, Sayang. Tadi udah berkali-kali.""Tapi aku suka, Bun. Aku cantik, kan?" Sheryn memutar rok mungilnya.Liam mengacak rambut anaknya. "Cantik banget. Semua kamera tadi ngeliatnya ke kamu, bukan ke Bunda," canda Li
Last Updated : 2025-09-09 Read more