“Kalau soal itu, saya tidak tahu, Mas. Mungkin... Mas Bayu memang sangat mencintai Mbak Nadya,” ucap Jihan pelan, dengan nada yang seolah berusaha menyingkirkan harapan kecil di hatinya sendiri.Suasana hening sesaat. Arkan menatap Jihan tajam, kedua alisnya bertaut. Wajahnya menunjukkan keraguan yang tak bisa ia sembunyikan.“Tapi... seingatku tadi, yang Bayu sebut-sebut terus saat mabuk itu kamu, Jihan. Bukan Nadya,” katanya pelan, seolah tak ingin menyakiti Jihan dengan kenyataan yang justru bisa menumbuhkan harapan.Jihan tertawa kecil, meski tawanya terdengar hambar, nyaris seperti upaya menutupi kepedihan. “Tidak mungkin, Mas. Mungkin Mas Bayu mengigau saja,” katanya cepat, berusaha menyangkal. Senyum yang ia pakai lebih seperti tameng daripada kebahagiaan.Arkan menatap Jihan lebih dalam, namun tak ingin memaksa. Saat itu, Jihan merapikan letak cangkir teh yang sudah setengah dingin di meja, lalu duduk tegak dengan tangan bertaut di pangkuan.“Pernikahan kami ini semacam… simbi
Last Updated : 2025-05-18 Read more