“Maaf ya udah bikin kamu nunggu.” Isvara menahan senyum, tapi matanya berbinar. Tangannya naik, menyentuh wajah suaminya, ibu jarinya mengusap lembut rahang pria itu. Alvano langsung mencium jemari itu, satu per satu, seperti ritual kecil yang dia rindukan. “Nggak apa-apa. Aku lebih suka nunggu kamu, daripada buru-buru sama yang bukan kamu.” Setelah mengatakan itu Alvano menunduk sedikit lebih dalam, mendekat, tapi belum mencium. Hanya membiarkan napasnya menyentuh bibir Isvara, membuat perempuan itu menahan napasnya sendiri.“Mas …,” bisik Isvara.Pria itu menurunkan kepalanya perlahan, tapi bukan ke bibir. Justru ke leher Isvara, mencium lembut kulit di sana, lalu mengusapnya pelan dengan ujung hidung. Tangan kirinya menyelinap di bawah selimut, menemukan jari-jari Isvara dan menggenggamnya di bawah sana. Hangat, penuh ketegangan manis yang tak lagi bisa dihindari.“Kamu deg-degan?” tanya Alvano pelan di telinga sang istri.Isvara mengangguk, nyaris tak sadar. “Banget.” Padahal ini
Terakhir Diperbarui : 2025-08-07 Baca selengkapnya