Seminggu setelah cuti panjang Nara berakhir, rumah mereka dipenuhi aroma baru:bukan rempah-rempah atau kopi pagi, tapi ide —yang tumbuh perlahan, menempel di percakapan, melayang di antara napas, dan akhirnya, mengendap jadi keputusan.Malam itu, di tengah hujan kecil yang menepuk-nepuk jendela,Raydan berkata pelan:"Aku ingin bangun ruang, Na.Ruang yang tak menghakimi.Tempat orang bisa datang bukan karena ingin jadi lebih hebat… tapi karena ingin bernapas.”Nara meletakkan bukunya.“Ruang seperti apa?”“Ruang pulang,” jawab Raydan. “Buat siapa pun.”---Keesokan harinya, mereka menulis rancangan di papan tulis putih bekas milik Raydan:Nama: Rumah SunyiKonsep: ruang terbuka untuk siapa saja yang ingin menulis, mencipta, berbagi, dan beristirahat dari ambisi.Tanpa jadwal. Tanpa target. Tanpa slogan motivasi palsu.Cukup datang. Cukup diam. Cukup jadi diri sendiri.Nara menambahkan satu catatan kecil:> “Yang ingin menangis, boleh.”---Mereka menyewa sebuah rumah tua di pinggir
Huling Na-update : 2025-06-19 Magbasa pa