Tiga hari setelah pertemuan terakhir itu,sebuah pesan masuk ke ponsel Nara.Bukan dari Sekar—tapi dari adik perempuannya, Dira.> “Kak Sekar sudah nggak ada.Tapi dia titip satu buku buat Kak Nara.Tolong kabari kapan bisa diambil.”Nara membaca pesan itu sambil duduk di ruang keluarga.Suara kartun dari televisi bergema pelan, tapi pikirannya melayang jauh.Ia tak menangis.Bukan karena tidak sedih,tapi karena sudah tidak ada lagi yang belum terucap.---Pagi harinya, ia datang ke rumah Dira.Dira menyambutnya dengan wajah lelah dan mata sembab.Di tangannya, sebuah buku berwarna merah tua, dengan tali kulit melilit.“Ini… Kak Sekar nulis selama sebulan terakhir. Katanya isinya buat Kakak semua,” ujar Dira.Nara menerimanya dengan hati yang berdebar.Buku itu tidak berat,tapi mengandung beban waktu, luka, dan kerinduan yang belum selesai.---Sesampainya di rumah,ia menaruh buku itu di meja.Menatapnya lama.Seolah tahu, membuka halaman pertama berarti membuka ulang kenangan yang
Terakhir Diperbarui : 2025-06-30 Baca selengkapnya