All Chapters of Gairah Sahabat Suamiku: Chapter 131 - Chapter 140

Lio benar-benar berusaha menjadi suami yang lembut, penuh perhatian, dan selalu berhati-hati dalam melakukan semua hal, termasuk dengan aktivitas diatas ranjang, yang sedang ia lakukan dengan sang istri. Setelah kejadian tempo hari yang sempat membuat Lili kesakitan karena kram, ia berjanji dalam hati tidak akan pernah lagi ceroboh dalam memperlakukan istri yang kini sedang mengandung buah hati mereka. Dan malam ini dengan sangat lembut dan pelan ia memompa tubuh Lili sang istri maju mundur penuh dengan gairah.Malam itu, kamar mereka dipenuhi suasana tenang. Hanya ada cahaya lampu tidur berwarna kekuningan yang menyinari sudut-sudut ruangan, menciptakan nuansa hangat. Lio membelai lembut wajah Lili, dan terus bergerak pelan di atas tubuh sang istri, seolah takut menyakiti perempuan yang begitu amat ia cintai, melebihi cintanya pada diri sendiri."Emm... Sayang, ini benar-benar enak,” ucap Lio dengan nada penuh kelembutan, suaranya terdengar bergetar oleh rasa bahagia, karena akhirny

Devi keluar dari dalam kamar dengan perasaan campur aduk setelah Romi meninggalkannya dengan kata-kata yang menusuk hati. Kalimat dingin itu masih terngiang jelas, membuatnya merasa seperti orang asing di hadapan suaminya sendiri. Hatinya yang semula penuh harap tentang kehidupan pengantin baru kini terasa digelayuti kabut. Ia berusaha menahan air mata agar tidak jatuh, meski dadanya terasa sesak.Langkah kakinya menuju ruang makan begitu pelan, seakan setiap pijakan menyimpan beban berat. Di sana, Mama Hani tampak duduk bersama Papa Hasan, menunggu sarapan yang baru saja disiapkan pembantu rumah tangga mereka. Senyum lembut sang mama seketika memudar melihat wajah Devi yang tidak biasanya, dimana putrinya itu selalu ceria menuju meja makan."Kamu sakit, Vi?" tanya Mama Hani dengan nada penuh kekhawatiran.Devi segera mengukir senyum tipis, menutup rapat luka di hatinya agar orang tuanya tidak curiga. "Tentu saja tidak, Ma," jawabnya cepat, sambil menarik kursi dan duduk di hadapan ke

Devi mencengkeram punggung Romi sesaat setelah suaminya tersebut melakukan penyatuan.Rasa sakit di daerah inti Devi, karena memang ini pertama kalinya ia melakukan hubungan badan dan itu dengan sang suami. Tidak sebanding dengan rasa bahagianya, karena Devi kini benar-benar sudah menjadi istri seutuhnya bagi Romi.Meskipun Devi tahu, Romi melakukannya dengan keadaan mabuk, tapi Devi benar-benar bahagia telah di sentuh oleh sang suami.Rasa sakit yang semula ia rasakan, kini perlahan memudar. Di gantian dengan rasa nikmat, yang perlahan Devi rasakan. Ketika sang suami terus memompa tubuhnya.Senyum terukir dari kedua sudut bibir Devi, sambil menatap Romi yang berada di atas tubuhnya. Keringat yang membasahi dada Romi, membuat suaminya tersebut semakin tampan dimatanya."Sial!" seru Romi dan semakin mempercepat ritme permainnya."Emm.... Mas, pelan-pelan." pinta Devi, rasa nikmat tidak bisa ia rasakan lagi, karena Romi bermain begitu brutal.Namun, Romi yang mabuk karena minuman beralk

Lili membuka pintu ruang kerjanya dengan terburu-buru, saat Devi benar-benar panik. Namun, kedua matanya langsung terbelalak melihat pemandangan yang ada di dalam. Sang suami, berdiri santai dan sudah bertelanjang dada.Alhasil, Devi yang ikut masuk bersama Lili, refleks menutup mata sambil berbalik cepat. Ia buru-buru melangkah mundur, keluar dari ruangan itu, malu sendiri melihat suami sahabatnya sendiri dalam kondisi seperti itu."Ya ampun, tidak sabaran banget, dasar." gerutu Lili sembari menggelengkan kepalanya menatap tingkah Lio. Sambil menghela napas panjang, ia pun segera menyusul Devi yang sudah lebih dulu keluar. "Maaf ya, Vi. Kamu jadi lihat yang tidak-tidak," ucap Lili begitu sampai di sisi sahabatnya.Devi mengangguk sambil tersenyum kaku. "Iya, Li. Tidak apa-apa kok. Oh ya, Li, aku mau titip sesuatu. Kamu saja yang tanya ke Lio, siapa sebenarnya Lona musuh Romi itu. Aku benar-benar cemas. Dari pagi sampai sekarang, tidak ada kabar dari Romi. Aku takut semua ini ada kai

Zian masih terus menatap pagar rumah menjulang tinggi, dari balik kaca mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu gerbang tersebut. Malam gelap tanpa bulan dan bintang, seakan ikut menyaksikan kegelisahan yang menguasai dirinya. Entah sudah berapa lama ia duduk di dalam mobilnya, menunggu dengan sabar namun penuh kegundahan. Seharian ini ia memang sengaja mengikuti setiap langkah Lili, mantan istrinya. Dan kini, ia mendapati kesempatan yang selama ini sulit sekali ia dapatkan. Setelah belakangan ini terus mengikuti Lili diam-diam.Biasanya, Zian tak pernah senekad ini. Ia tahu, membuntuti Lili bukanlah hal bijak, apalagi setelah wanita itu resmi menjadi milik orang lain. Namun, malam ini hatinya mendorongnya untuk terus bertahan. Ia tahu, Lili datang ke rumah tersebut seorang diri, tanpa ditemani Lio. Dan hal itu sudah cukup menjadi alasan baginya untuk yakin, ia pasti bisa bertemu dengan Lili, sekadar menyapa atau bahkan mengajaknya makan malam seperti dulu.Zian melirik arlojinya.