Nio menoleh pelan, menatap wajah wanita yang selama ini selalu bersamanya melewati tekanan, luka, dan kebahagiaan yang tumbuh perlahan. Dalam diam, dia menyentuh pipi Ruby dengan lembut, membuat Ruby menoleh, mata mereka bertemu dalam tatapan yang jujur dan hangat. “Aku mencintaimu, Ruby,” bisik Nio, suara yang rendah, tetapi dalam. Ruby terdiam sejenak, seolah-olah kata-kata itu butuh beberapa detik untuk sampai ke dalam hatinya. Kemudian dia mengangguk perlahan, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Aku juga mencintaimu, Nio ... sejak lama,” jawabnya, tulus tanpa ragu. Waktu seakan-akan berhenti saat keduanya hanya saling menatap. Tak ada lagi beban perusahaan, masa lalu, atau rasa takut yang menggantung di antara mereka. Yang tersisa hanya dua hati yang akhirnya saling terbuka sepenuhnya. Dengan gerakan lembut dan perlahan, Nio menarik wajah Ruby mendekat. Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang hangat bukan ciuman yang terburu-buru atau penuh hasrat, tetapi ciuman yang dalam, tenan
Last Updated : 2025-06-24 Read more