Koridor kantor utama kembali ramai setelah rapat berakhir. Para direktur berjalan keluar satu per satu, sebagian besar memilih untuk langsung menuju ruang masing-masing atau menyempatkan berbicara kecil di dekat pantry. Ruby melangkah keluar dengan tenang, map hitam masih di tangannya. Wajahnya tetap terjaga, meski sorot matanya menunjukkan kelelahan.Saat dia hendak berbelok ke arah ruangannya, sebuah suara menyapa dari samping dengan nada ringan, tetapi jelas menyimpan sesuatu di baliknya.“Presentasi yang cukup meyakinkan, Ruby. Sepertinya kau makin lihai memainkan panggung rapat.” Robert berdiri di samping rak dokumen, menyilangkan tangan, menatap Ruby dengan senyum miring.Ruby berhenti melangkah, lalu menoleh perlahan. “Dan kau masih lihai memainkan nada sindiran, Robert. Sayang, itu tidak cukup menyelamatkanmu dari malu di depan direksi.”Tatapan mereka bertemu, tajam, dingin, seperti dua pedang yang saling bersilang dalam diam.
Terakhir Diperbarui : 2025-06-16 Baca selengkapnya